"Artinya kami tidak murni untuk membeli listrik itu. Tetapi, saat PLN memiliki kelebihan daya maka kami akan mengirimnya ke Sarawak Malaysia dan pada saat kami membutuhkan daya maka akan impor dari Sarawak," jelas Bambang di Pontianak, Minggu.
Bambang menjelaskan, sistem tersebut dilakukan karena beban puncak Sarawak dan Kalimantan Barat berbeda. Bbeban puncak di Sarawak terjadi siang hari karena di sana mayoritas industri, sedangkan di Kalimantan Barat beban puncak terjadi malam hari.
"Itu akan kami lakukan pada tahun 2014, karena pada tahun itu pembangkit kami sudah siap dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang saat ini sedang dibangun sebesar 255 mega watt," kata Bambang.
Bambang mengatakan, pembelian listrik itu dilakukan PLN mengingat membeli dari pembangkit listrik milik pribadi sangat sulit.
Selain itu, harganya murah hanya Rp900 per KWH, padahal dengan membiayai sendiri diperlukan paling tidak Rp2.500 per KWH.
"Itu jauh sekali, nah Rp900 itu sudah tidak ada biaya pemeliharaan, bayar SDM untuk operator dan lain-lainnya," jelas Bambang. (*)
ANT/Y008
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011