Jangan sampai kena tipuan dan jangan mau diiming-imingi keuntungan yang tidak masuk akal.
Bandung (ANTARA) - Praktisi yang juga Komisaris Utama PT Didi Max Berjangka sekaligus owner Didi Group Yadi Supriadi memberikan tips kepada masyarakat agar terhindar dari penipuan terkait fenomena pamer kekayaan/harga atau flexing dalam dunia trading.
"Saya melihat fenomena flexing di dunia trading sebagai hal yang wajar sepanjang informasi yang disebarkan tidak membodohi atau menipu publik. Dan kita yang mengonsumsi harus jauh lebih bijak menanggapinya. Cari tahu mendalam segala informasi yang terkait," ujar Yadi Supriadi dalam keterangannya kepada wartawan di Bandung, Rabu.
Saat ini masyarakat belakangan dihebohkan oleh fenomena flexing) di balik dunia trading yang dinilai sangat merugikan.
Fenomena flexing di dunia trading ini awalnya mencuat setelah akademisi sekaligus praktisi bisnis Rhenald Kasali membongkar praktik flexing di dunia trading.
Rhenald Kasali membongkar adanya broker saham tak bertanggung jawab yang kerap melakukan flexing dalam strategi marketing demi menarik minat pelanggannya.
Yadi Supriadi meminta agar masyarakat terhindar dari flexing saat trading, di antaranya menggali lebih dalam informasi dan cari tahu segala hal yang berkaitan dengan trading.
Bahkan, perlu juga mencari tahu tentang perusahaan, termasuk perputaran uangnya.
"Jangan sampai kena tipuan dan jangan mau diiming-imingi keuntungan yang tidak masuk akal," katanya pula.
Yadi Supriadi menjelaskan hebohnya fenomena flexing tak lepas dari perkembangan teknologi yang semakin canggih di dunia saat ini.
Bahkan, pria yang akrab disapa Supri FX itu menyebut, hal itulah yang menjadi pemicu utama munculnya flexing.
"Nah, teknologi ini digunakan untuk strategi promosi online. Banyak sekali fenomena flexing dijadikan bahan pembuktian dari hal atau sesuatu yang dipromosikan," kata dia.
Kondisi tersebut, ujar Supri, diperparah dengan kondisi pandemi COVID-19 di mana banyak sekali masyarakat yang mencari tahu tentang bisnis online, agar mudah menghasilkan keuntungan.
Akan tetapi, ujar dia lagi, masyarakat tidak berpikir panjang dan mencari tahu tentang bisnis online yang mereka anggap mampu menghasilkan keuntungan besar itu.
Akibatnya, banyak masyarakat yang akhirnya menjadi korban flexing.
"Tercatat mulai dari 2020 Corona muncul banyak sekali orang yang mencari tahu bisnis online, untuk mempermudah menghasilkan keuntungan tanpa pikir panjang, tanpa mencari tahu informasinya lebih dalam, dan hanya mengandalkan visual. Banyak sekali korban flexing," kata dia.
Sebagai pemilik perusahaan pialang berjangka pertama di Indonesia dengan sistem direct access yang juga menjadi sponsorship Persib Bandung itu, Supri pun berbagi pengalaman, agar masyarakat tidak menjadi korban flexing dalam dunia trading.
Menurutnya, trading yang baik dan benar itu adalah yang mengetahui risiko dan reward yang didapat dengan cara memahami ilmu dan teknik trading.
Bahkan, meski bergerak dalam usaha trading, Supri justru mengimbau masyarakat tidak menitipkan dana trading.
"Risiko dan reward dapat kita pelajari dengan memahami ilmu dan teknik trading. Tidak titip dana trading!" katanya lagi.
Dia menjelaskan, menitipkan dana trading sangat berisiko karena masyarakat tidak pernah tahu, apakah orang yang menerima titipan dana tersebut mumpuni atau tidak dalam bisnis trading.
"Dan urusan uang itu semua sensitif, rentan dibawa kabur. Jadi, lebih baik kelola dana sendiri dan pahami ilmunya karena trading forex ini bisnis jangka panjang yang keuntungannya bisa kita buat sendiri dan risiko kita bisa minimalisir sendiri," katanya.
Supri mengakui bahwa trading menjadi ceruk bisnis yang menjanjikan.
Bahkan, dia mengamini bahwa trading dapat menjadi jalan pintas untuk menjadi kaya. Asalkan, mampu mengendalikan diri saat menjalankan bisnis trading.
"Trading forex ini bisnis yang keuntungannya tidak terbatas, saking tidak terbatasnya membuat orang-orang haus atau serakah untuk cepat mendapatkan keuntungan besar," katanya pula.
"Perlu digarisbawahi, setiap bisnis akan selalu ada risiko, tapi risikonya bisa kita minimalisir dengan cara mengendalikan diri sendiri, paham akan ilmu trading yang baik, serta konsisten menjalankan money managementnya," katanya pula.
Baca juga: Bareskrim Polri mulai periksa pelapor kasus investasi bodong Binomo
Baca juga: Anggota DPR: Tindak tegas judi "online" berkedok "trading"
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022