Baghdad (ANTARA News/AFP) - Irak adalah satu tempat yang kurang aman ketimbang setahun lalu sementara keamanan terus memburuk, kata seorang pemerhati dari Amerika, Sabtu, hanya beberapa bulan menjelang penarikan pasukan AS dari negara itu.
Penilaian oleh kelompok Inspektur Jendral Khusus bagi Rekonstruksi Irak (SIGIR) itu bertentangan dengan pernyataan pandangan yang lebih optimistik yang disuarakan oleh para perwira senior militer AS yang menyatakan bahwa pasukan keamanan Irak mampu mempertahankan keamanan dalam negeri.
Ia juga mengatakan bahwa usaha-usaha Kedubes AS untuk melatih pasukan polisi Irak yang masih muda dan belum berpengalaman merupakan satu "tantangan."
Kendatipun militer telah ditugaskan membangun polisi Irak, tanggung jawab itu dialihkan kepada Departemen Luar Negeri AS.
"Irak tetap satu tempat yang sangat berbahaya untuk bekerja," kata Stuart Bowen dalam laporan yang disiarkan, Sabtu."Negara itu tidak aman, dalam penilaian saya, ketimbang 12 bulan lalu.
Ia menambahkan bahwa peralihan tanggung jawab bagi rekonstruksi dari militer AS kepada kedubes terjadi "bertolak belakangan dengan situasi keamanan di Irak yang terus memburuk."
Bowen menyatakan bahwa Juni adalah bulan paling berdarah bagi personil militer AS sejak April 2009, dan April sampai Juli terjadi jumlah tertingi pembunuhan para pejabat senior Irak sejak SIGIR mulai melacak angka-angka itu.
Ia memperingatkan bawa kendatipun usaha-usaha bersama oleh AS dan Irak telah menurunkan ancaman yang ditimbulkan kelompok-kelompok perlawanan, "milisi-milisi yang didukung asing menimbulkan kekhawatiran," dan menambahkan dalam tiga bulan lalu juga terlihat peningkatan dalam jumlah roket menghantam Zona Internasional dan kompleks kedubes AS."
Laporan Bowen itu muncul menjelang batas waktu akhir tahun bagi penarikan sekitar 47.000 tentara AS yang kini ditugaskan di Irak dari negara itu, sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari satu perjanjian keamanan bilateral.
Tetapi usul-usul bagi satu misi militer untuk melatih polisi dalam jumlah yang terbatas mendapat dukungan dikalangan politisi Irak, kata Menlu Hoshyar Zebari, kendatipun belum ada yang telah disetujui.
Di antara yang dikhawatirkan Browen adalah peralihan tanggung jawab bagi melatih pasukan polisi Irak ke Departemen Luar Negeri dari militer.
Laporan Bowen itu menyebutkan jumlah polisi Irak 302.000 personil sampai akhir Juni, dengan tambahan 229.000 personil yang berada dibawah kekuasaan kementerian dalam negeri, yag bertanggungjawab bagi penjagaan perbatasan Irak, instalasi-instalasi minyak dan fasilitas-fasilitas penting.
Jumlah angkatan bersenjata Irak 27.000 personil, kata laporan itu.
Militer AS dan kedubes AS tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai laporan itu.(*)
(Uu.H-RN/Z002)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011