Jakarta (ANTARA) - Perusahaan perkebunan sawit PT Sumber Tani Agung Resources Tbk menargetkan dapat menghimpun dana Rp530,63 miliar dari penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO).
President Director Mosfly Ang mengatakan, perseroan melepas sebanyak banyaknya 877,07 juta saham atau 8,06 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan harga penawaran Rp470 per saham sampai dengan Rp605 per saham.
"Perseroan akan menggunakan seluruh dana dari penawaran umum perdana saham untuk belanja modal pembangunan industri hilir anak usaha yaitu PT Sumber Tani Agung Oils & Fats (STAOF) di atas lahan seluas 42,6 Ha," ujar Mosfly Ang dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, sekitar 54 persen dana hasil IPO akan digunakan untuk pembangunan refinery dengan kapasitas 2.000 MT CPO per hari membutuhkan waktu 22 bulan, yang diperkirakan target penyelesaian pada Oktober 2023.
Sekitar 23 persen akan digunakan untuk pembangunan fasilitas dermaga membutuhkan waktu 22 bulan, yang diperkirakan target penyelesaian pada Oktober 2023.
Sementara itu, sekitar 23 persen lagi akan digunakan untuk tangki timbun dengan kapasitas 35.000 MT tersebut membutuhkan waktu 22 bulan, yang diperkirakan target penyelesaian pada Oktober 2023.
PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia dan PT CIMB Niaga Sekuritas akan bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi tersebut.
Perseroan dan penjamin pelaksana emisi efek merencanakan indikasi jadwal penawaran umum perdana emiten yang nantinya akan menggunakan kode saham STAA itu antara lain perkiraan masa penawaran awal pada 9 -15 Februari 2022, perkiraan tanggal efektif pada 25 Februari 2022, dan perkiraan masa penawaran umum perdana saham pada 2 - 8 Maret 2022.
Baca juga: FAP Agri jadi perusahaan tercatat pertama di bursa pada 2021
Selanjutnya, perkiraan tanggal lenjatahan pada 8 Maret 2022, perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik pada 9 Maret 2022, dan perkiraan tanggal pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia pada 10 Maret 2022.
Sektor kelapa sawit berperan penting bagi perekonomian nasional. Peran penting itu telah ditunjukkan dengan terciptanya lapangan kerja sehingga telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan. Sektor kelapa sawit juga berperan penting dalam menghasilkan devisa negara dari pendapatan ekspor.
Pada 2020, ekspor komoditas tersebut mencapai mencapai 22,97 miliar dolar AS, lebih tinggi dari 2019 sebesar 20,22 miliar dolar AS.
Selama 2020, neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar 21,27 miliar dolar AS dimana ekspor produk kelapa sawit menyumbang sebesar 22,97 miliar dolar AS.
Baca juga: Perusahaan perkebunan Pinago Utama siap melantai di bursa
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa di masa pandemi, kontribusi minyak sawit terhadap devisa negara sangat signifikan dalam menjaga neraca perdagangan nasional tetap positif.
Kelapa sawit adalah komoditas primadona di sektor perkebunan, dibandingkan sektor komoditas perkebunan lainnya, seperti kakao, karet, kopi dan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan luas areal atau tanaman menghasilkan yang selalu meningkat setiap tahun dan kebijakan pemerintah untuk penerapan biodiesel, yang merupakan bagian dari program hilirisasi Pemerintah.
Keberhasilan hilirisasi minyak sawit sudah berhasil memperbaiki komposisi ekspor dari dominasi minyak mentah menjadi produk minyak sawit dalam bentuk olahan.
Pintu gerbang hilirisasi kelapa sawit adalah industri refinery, yakni industri yang mengolah CPO maupun CPKO menjadi produk antara, yakni Olein, Stearin dan PFAD (palm fatty acid distillate), sehingga potensi industri refinery akan semakin tinggi di masa depan karena industri refinery dapat diolah lebih lanjut menjadi produk minyak sawit yang lebih hilir.
Baca juga: Perusahaan furnitur dan perkebunan sawit melantai bareng di bursa
Baca juga: Dua perusahaan sawit dan batubara siap IPO tahun ini
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2022