Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono diunggulkan untuk memperoleh Hadiah Nobel Perdamaian 2006 oleh anggota senior Komite Hubungan Internasional Kongres Amerika Serikat (AS), Robert Wexler, karena dinilai mampu memberikan perubahan berarti selama satu tahun memimpin Indonesia. Hal itu disampaikan Robert Wexler, anggota Kongres dari Partai Demokrat AS dalam siaran pers yang diterima ANTARA News di Jakarta, Minggu. Menurut Wexler, Yudhoyono telah membuat perubahan dramatis pada setahun pemerintahannya. Yudhoyono juga dinilai telah memecahkan kebuntuan penyelesaian konflik di Aceh. Hal itu ditandai dengan ditandatanganinya perjanjian damai antara pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka pada Agustus 2005. Dalam suratnya kepada Komite Nobel, Wexler juga menyebutkan bahwa Yudhoyono patut dihargai. Alasannya, meski harus menghadapi bencana dahsyat tsunami pada 26 Desember 2004 serta ancaman wabah flu burung, Yudhoyono mampu memantapkan politik, ekonomi, dan bantuan kemanusiaan bagi Indonesia. "Hal itu membuktikan bahwa Presiden Yudhoyono adalah seorang reformis sejati dan pejuang perdamaian," tutur Wexler. Hadiah Nobel diberikan untuk berbagai bidang, seperti perdamaian, sastra, kesehatan, kimia, dan fisika. Para kandidat dan pemenang Hadiah Nobel ditentukan oleh Komite Nobel Norwegia. Komite itu terdiri dari lima anggota yang ditunjuk oleh parlemen negara itu. Sambut Positif Menanggapi itu, juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng mengatakan pihak kepresidenan menyambut baik usulan tersebut. "Tujuan pemerintah bekerja bukan untuk mendapatkan Nobel atau penghargaan lain, tapi, kalau ada yang menghargai, tentu kami senang," katanya kepada ANTARA. Andi menyatakan bahwa sejak tsunami menghantam Aceh pada 26 Desember 2004, Presiden telah berkomitmen untuk menciptakan perdamaian di Aceh. Presiden, katanya, lalu memerintahkan pembantu-pembantunya agar menghubungi Gerakan Aceh Merdeka. "Kontak itu ternyata disambut dengan baik, lalu puncaknya terjadi MoU (memorandum of understanding), yang hingga kini dilaksanakan dengan komitmen oleh kedua pihak," kata Andi. (*)
Copyright © ANTARA 2006