Pemerataan konektivitas digital bisa dirasakan semua warga negara

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anindito Aditomo mengatakan teknologi dan kualitas pendidikan menjadi prioritas pada Presidensi G20.

“Pandemi bukan penyebab utama krisis pembelajaran. Ketimpangan kualitas belajar sebetulnya sudah lama terjadi. Pandemi semakin membuka mata kita bahwa pembelajaran mengalami krisis, dan ini harus kita tangani bersama,” ujar Anindito Aditomo dalam “Kick Off G20 on Education and Culture di Jakarta, Rabu.

Anindito menambahkan teknologi berperan sentral pada pemulihan pendidikan. Dalam konteks pandemi, pembelajaran tidak akan terjadi tanpa teknologi.

“Intervensi juga bukan hanya dalam bentuk pembangunan infrastruktur tradisional lagi, tetapi juga pemerataan konektivitas digital untuk memastikan pembelajaran berkualitas bisa dirasakan semua warga negara,” terang dia.

Kesenjangan digital terjadi di dunia pendidikan. Di satu sisi, ada ketimpangan akses terhadap teknologi, yang mana mengalami hilangnya capaian pembelajaran asimetris dan lebih parah dialami kelompok rentan dan ekonomi bawah.

Baca juga: Indonesia angkat empat prioritas pendidikan dan kebudayaan pada G20

Baca juga: Nadiem umumkan agenda prioritas pendidikan pada Presidensi G20

“Tapi di sisi lain, teknologi menjadi katalis bagi inovasi luar biasa. Contohnya, jutaan guru dan siswa jadi lebih terampil memanfaatkan teknologi dan inovatif menyikapi tantangan,” tambah dia.

Dia menjelaskan agenda prioritas yang akan diperjuangkan di G20 adalah menekankan gotong royong untuk pulih bersama.

Pandemi juga menjadi momentum kita agar semakin bersemangat memikirkan ulang dan membangun pendidikan yang lebih baik, untuk membangun sistem pendidikan yang lebih inklusif, adil, dan berkualitas.

Ada empat agenda prioritas yang akan diperjuangkan Kemendikbudristek pada perhelatan G20, yakni Pendidikan Berkualitas untuk Semua (Universal Quality Education); Teknologi digital dalam Pendidikan (Digital Technologies in Education); Ketiga: Solidaritas dan Kemitraan (Solidarity and Partnership); dan keempat, Masa Depan Dunia Kerja Pasca Pandemi COVID-19 (The Future of Work Post COVID-19).

Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sekaligus Chair of Digital Economy Working Group, Mira Tayibba, mengatakan transformasi digital Indonesia pada prinsipnya sejalan dengan kepentingan global.

“Kita bukan hanya harus bisa memanfaatkan teknologi digital, tapi harus bisa menciptakan nilai pemanfaatan secara berkelanjutan,” katanya.

Mira melanjutkan, pandemi yang memaksa seluruh dunia beradaptasi dan membatasi interaksi langsung, menunjukkan ragam solusi lewat teknologi digital.

“Ternyata, masyarakat Indonesia cukup adaptif dan bisa memakai teknologi digital untuk memanfaatkan kesempatan,” tutur Mira yang turut mendorong kolaborasi dengan seluruh sektor dan kelompok kerja yang ada dalam Presidensi G20 Indonesia.

Indonesia, konsisten menyikapi isu kesenjangan digital agar tidak semakin lebar. Digitalisasi memang menghasilkan paradoks, karena bagi yang tidak punya alat digital jadi terisolasi,” jelas Mira.

Perwakilan Development Working Group, Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas, Amich Alhumami, menilai dalam mengurai masalah pendidikan tak cukup hanya dengan pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana.

“Ada tantangan baru yaitu isu konektivitas bagi anak-anak untuk belajar. Ini tanggung jawab kita selaku pemerintah untuk mengatasinya,” kata Amich.

Merujuk Data Sosial Ekonomi Nasional, jelas Amich, koneksi dan akses kepada pembelajaran digital bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu sangat terbatas.

“Ini harus kita selesaikan bersama. Indonesia kalau soal kolaborasi sudah bisa kita tunjukkan kepada dunia. Betapa kolektivitas kita itu selalu muncul bahkan di masa-masa krisis,” katanya.

Amich menambahkan pada sektor pendidikan, sedalam apa pun krisis yang dialami, dapat bangkit dan pulih bersama karena kebersamaan, empati, dan komitmen.

Baca juga: Kemendikbudristek adakan "ruwatan" massal kebudayaan dalam G20

Baca juga: Kemendikbduristek : 95 persen SMK PK cocok dengan kurikulum prototipe

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022