London (ANTARA News) - Mahmud Zahar, pemimpin Hamas di Jalur Gaza, dalam wawancara dengan suratkabar Inggris, Sunday Telegraph, yang disiarkan Minggu, mengatakan kelompok Islam itu tidak akan mengakui Israel, tetapi menyatakan gencatan senjata mungkin bisa dicapai. Zahar mengimbau masyarakat dunia mengakui Hamas sebagai pemerintah baru Palestina yang sah. Hamas meraih kemenangan dalam pemilihan parlemen Palestina, Rabu, yang membuat Barat cemas dan harapan internasional untuk mewujudkan perdamaian di kawasan itu terganggu. "Kami tidak akan mengakui Israel," katanya kepada suratkabar mingguan Inggris itu, seperti dilansir AFP, di rumahnya di Kota Gaza. Tetapi ia menambahkan :"Kami bisa mencapai gencatan senjata jangka panjang dengan mereka." Piagam Hamas menyerukan penghancuran Israel dan kelompok itu telah melakukan serangan-serangan bunuh diri. Zahar mengemukakan ia tidak terkejut dengan kemenangan Hamas dalam pemilu itu yang mengalahkan partai Fatah yang telah puluhan tahun menguasai pentas politik di Palestina. "Mungkin anda tidak memperkirakan hal itu, tapi kami telah meramalkannya." Dengan mendesak masyarakat internasional mengakui Hamas, ia mengatakan: " masyarakat dunia tidak usah khawatir terhadap kami". Ia menambahkan bahwa kendatipun Hamas belum memiliki kontak resmi dengan Barat, "Kami memiliki saluran komunikasi. Kami melakukan setiap waktu." Zahar mengungkapkan ia tidak ingin duduk pada jabatan utama apabila Hamas mulai menyusun jabatan-jabatan pemerintah. "Bukan ambisi pribadi saya untuk menjadi perdana menteri," katanya. "Kami dapat berhubungan dengan siapapun, tapi kami tidak membutuhkan siapapun," tambahnya. Sunday Telegraph juga berbicara dengan calon utama Hamas, Ismail Haniya. "Kami tidak harus membatalkan segala-galanya," katanya, mengacu pada serangkaian persetujuan yang sejauh ini telah dicapai Pemerintah Palestina dengan Israel. "Ini adalah satu realitas dan kami harus menghadapinya." AS bukan musuh Sementara itu, Zahar dalam wawancara dengan stasiun televisi AS, CBS News, di rumahnya di Gaza, Sabtu, mengatakan AS bukan musuh Hamas. "Kami tidak menganggap Amerika sebagai musuh kami," kata Zahar, salah seorang pendiri kelompok Islam itu. Zahar mengatakan kelompoknya meminta Presiden AS George W. Bush "melaksanakan keadilan." "Percayalah pada saya, rakyat kini akan mengkaitkan antara apa yang dialami di Irak, apa yang terjadi di Afghanistan dan apa yang terjadi di Palestina. Itu tidak membantu kepentingan Amerika." Washington menganggap Hamas sebagai kelompok teroris. Pemimpin Palestina, Mahmud Abbas menugaskan Hamas membentuk pemerintahan setelah kelompok itu meraih kemenangan dalam pemilihan parlemen Rabu. Zahar mengemukakan kepada CBS tidak satu orangpun dalam pemerintah Israel yang dapat ia percaya untuk berunding, dan presiden AS memegang peran penting bagi perdamaian di kawasan itu. Zahar juga menyatakan Hamas "siap mendirikan sebuah negara merdeka, di satu daerah yang telah dikosongkan dari pendudukan Israel, tapi kami tidak menyetujui agresi terhadap kami." "Berikanlah kami kesempatan untuk hidup sebagai umat manusia" dan serangan bom bunuh diri di Israel "akan diakhiri," katanya. Tahun ini, AS tidak menganggarkan bantuan langsung untuk Pemerintah Palestinia, tapi berencana untuk memberi bantuan 150 juta dolar kepada Palestina melalui Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) dan 84 juta lainnya melalui Badan Bantuan dan Kerja PBB untuk pengungsi Palestina di Timur Dekat. (*)
Copyright © ANTARA 2006