Gunung Kidul (ANTARA News) - Indonesia membutuhkan pemimpin yang visioner dan berkarakter serta jujur, sehingga bisa menjadi teladan, kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Pemimpin yang visioner adalah yang konsisten pada visi dan misi, dengan menjaga kejujuran sebagai karakter pemimpin," kata Sultan dalam sambutannya pada pelantikan Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi di Wonosari, Jumat.
Ia mengatakan seorang pemimpin harus mampu mengkomunikasikan visinya, dan memotivasi warga untuk melakukan pembaharuan ke arah yang lebih baik. "Pemimpin yang visioner memiliki kredibilitas di masyarakat, dan memiliki kemampuan berorganisasi, tetapi bukan hanya memiliki kapasitas intelektual," katanya.
Gubernur mengatakan seorang pemimpin harus mampu menciptakan iklim yang kondusif dengan menjaga kepercayaan. "Sebab, dengan mampu menjaga kepercayaan, merupakan modal sosial yang paling berharga dalam pembangunan daerah," katanya.
Sultan mengatakan aspek lain yang tidak kalah penting dalam kepemimpinan yakni keteladanan. "Jika pemimpin mampu menjadi teladan dan mengutamakan kejujuran, maka perkataannya akan dipercaya,"katanya.
Menurut dia, seorang pemimpin harus memiliki modal emosional, sosial, etika, dan kesehatan yang baik. "Seorang pemimpin seharusnya mempersiapkan emosi yang baik jika menghadapi persoalan yang memancing kemarahan," katanya.
Wakil Bupati Gunung Kidul periode 2010-2015 Immawan Wahyudi resmi dilantik untuk jabatan itu berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 132.34-536 Tahun 2011 tertanggal 12 Juli 2011 tentang Pengesahan Pengangkatan Wakil Bupati Gunung Kidul Provinsi DIY.
Immawan Wahyudi yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN) meraih suara terbanyak dalam pemilihan wakil bupati yang digelar DPRD Gunung Kidul, belum lama ini.(*)
(ANT-293/M008)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011
1. kalu Sri Sultan memiliki jiwa pemimpin, knapa yah ia sudah mimpin daerahnya, masih banyak yg miskin dan terbelakng rakyatnya.
2. beliau memiliki segalanya, manusia berpendidikan, pelarian koruptor yg menjadi domisili yogyakarta, sejarah, dan rakyat yg setia, semua itu dari leluhurnya, tapi sampai saat ini ga ada kemajuan
3. yogya tidak memiliki beban hutang, pimpinan ditunjuk langsung atas dirina, otomatis banyak pembantunya dari golongannya,
rakyat yogyakarta sebagian yg hidup kecukupan, tapi banyak yg sengsara.
KESIMPULAN, OMDO GAMPANG TAPI MJELAKSANAKAN LEBIH SUSAH
SEMOGA SEMUA SADAR OMONGAN POLITISI
yat Indonesia