Bengaluru (ANTARA) - Valuasi ekuitas Asia turun ke level terendah 21 bulan pada akhir Januari, karena ekspektasi pengetatan kebijakan agresif oleh Federal Reserve dan lonjakan imbal hasil obligasi AS memukul saham regional.
Price to earning ratio (PER) atau perbandingan harga saham dan laba per saham perusahaan 12 bulan ke depan indeks MSCI Asia-Pasifik berada di 13,49 pada akhir bulan lalu, yang terendah sejak April 2020, data Refinitiv menunjukkan pada Rabu.
Data itu dibandingkan dengan PER atau rasio P/E indeks MSCI Global sebesar 17,24.
Bulan lalu, kenaikan imbal hasil AS mendorong arus keluar uang dari wilayah tersebut, yang menyebabkan penurunan besar dalam saham regional. Indeks MSCI Asia-Pasifik terpangkas 4,4 persen pada Januari, awal terburuk untuk satu tahun dalam enam tahun.
Indeks Komposit Shanghai China jatuh 7,6 persen bulan lalu, yang menurunkan rasio P/E ke 10,18, terendah di Asia.
Saham perusahaan teknologi di Korea Selatan dan Taiwan juga menghadapi kerugian besar karena lonjakan imbal hasil obligasi, dan P/E 12 bulan ke depan mereka masing-masing berada di 10,34 dan 13,33.
Di sisi lain, saham India menjadi yang termahal di kawasan ini, dengan P/E sebesar 20,42.
Namun, beberapa analis mengatakan ekuitas Asia terlihat menarik pada level ini.
Suresh Tantia, ahli strategi investasi senior di Credit Suisse mengatakan penilaian saham Asia menjadi lebih murah dan mereka telah diperdagangkan dengan harga diskon untuk ekuitas global.
"Dengan prospek pertumbuhan EPS (laba per saham) lebih dari 9,0 persen tahun ini didukung oleh tahun lain di atas tren pertumbuhan PDB, kami masih mengharapkan pengembalian positif dalam jangka menengah," katanya, dikutip dari Reuters.
Anthony Raza, kepala strategi multi-aset di UOB Asset Management, mengatakan ekspor di Asia sangat kuat, dengan arus ekonomi membuat ekuitas Asia lebih menarik.
"Kami telah underweight atau netral di Asia selama tiga kuartal terakhir, tetapi sekarang kembali ke Asia yang overweight. Kami pikir mereka akan mengejar ketinggalan karena kinerja mereka sebelumnya yang kurang baik."
Baca juga: Saham Hong Kong berakhir lebih tinggi terangkat "rebound" Alibaba
Baca juga: Saham China ditutup naik, pembelian asing dorong perusahaan konsumen
Baca juga: Saham Jepang ikuti Wall St berakhir lebih tinggi ditopang laba kuat
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022