London (ANTARA News) - Raksasa TV-berbayar Inggris BSkyB mengatakan Jumat bahwa James Murdoch akan tetap menjadi pimpinan meskipun pertengkaran penyadapan telepon tetap berlangsung di pemegang saham utamanya News Corp., setelah stasiun penyiaran tersebut mengungkapkan lonjakan keuntungan sebesar 23 persen.

Perusahaan itu juga mengumumkan pembelian kembali saham 1,2 miliar dolar dan menaikkan dividen pemegang sahamnya untuk meredakan suasana setelah skandal memaksa pemilik News Corp. Rupert Murdoch bulan ini hendak membatalkan upaya pengambialihan BSkyB.

Krisis tersebut telah memicu seruan bagi si anak Rupert James agar mengundurkan diri dari kepemimpinan BSkyB, namun dewan perusahaan itu memberinya dukungan penuh pada rapat Kamis malam, lapor AFP.

"Menyusul penarikan penawaran dari News Corporation, dewan akan kembali ke proses normal. James Murdoch tetap sebagai pimpinan," kata BSkyB dalam pernyataan akhir tahunan Jumat.

Keuntungan operasi melonjak hingga 1,073 miliar pound dalam 12 bulan hingga Juni, dibanding dengan 873 juta pound dalam tahun keuangan grup itu sebelumnya, kata BSkyB dalam sebuah pernyataan. Hal itu sejalan dengan perkiraan pasar.

BSkyB, yang menyiarkan sepak bola Liga Primer Inggris dan film-film besar, menambahkan bahwa pihaknya kini memiliki 10,3 juta pelanggan rumah tangga, bagian yang membayar iuran bulanan untuk mengakses broadband Internet dan jasa teleponnya.

"Tahun ini merupakan tahun keberhasilan operasional dan keuangan menonjol bagi Sky," kata James Murdoch dalam sebuah pernyataan.

"Ini merupakan penghargaan bagi tim manajemen kelas satu Sky hingga perusahaan terus menghasilkan sepanjang periode penawaran yang berakhir awal bulan ini.

Dia menambahkan: "kami senang bisa mengumumkan baik kenaikan 20 persen dalam ordinary dividen dan keinginan kami untuk mengembalikan 750 juta pound kepada para pemegang saham melalui program buy-back (pembelian-kembali) saham."

Perusahaan itu menaikkan dividen pemegang sahamnya dengan seperlima menjadi 23,28 pens per saham.

Skandal yang pecah awal bulan ini ketika muncul kabar News of the World, tabloid surat kabar Sunday yang memimpin pasar Inggris, telah menyadap pesan-pesan telepon anak sekolah berusia 13 tahun yang dibunuh Milly Dowler.

Rupert Murdoch menutup surat kabar itu pada 7 Juli namun menghadapi tekanan politik dan publik keras News Corp. membatalkan penawaran untuk memiliki 61 persen saham BSkyB yang belum dimilikinya pada 13 Juli.

News Corp. telah menawar pada Juni 2010 7,8 miliar pound untuk 60,9 persen BSkyB yang belum dimilikinya. Namun BSkyB menolak tawaran 700 pens per saham.

Namun skandal tersebut tetap tidak menyingkir dan tekanan tetap berada pada News Corps. dan James Murdoch khususnya.

Seorang anggota legislatif sedang menekan James Murdoch agar ditarik kembali oleh sebuah komite parlementer kepada siapa dia dan ayahnya menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai skandal penyadapan -- dan dimana Rupert Murdoch diperciki kue busa.

Dua mantan eksekutif News of the World telah menuduh James Murdoch mengecoh komite soal seberapa jauh dia tahu tentang sejauh mana penyadapan di surat kabar itu ketika dia mensahkan pembayaran besar kepada seorang korban pada 2008.

Pemimpin BSkyB -- yang juga nomor tiga di News Corp. dan kepala kegiatan Eropa dan Asianya, serta pimpinan bagian surat kabar Inggrisnya News International -- mengatakan dia bersiteguh dengan testimoninya.

Penyelidikan yang dipimpin hakim mengenai skandal tersebut secara formal dibuka Kamis di Inggris.

Hanya beberapa jam kemudian dugaan baru muncul bahwa seorang penyelidik yang banyak menyalahkan penyadapan News of the World telah menyasar ibu gadis kedua yang dibunuh, yang atas namanya surat kabar itu berkampanye.

Sara Payne, ibu Sarah Payne berusia delapan tahun yang dibunuh oleh seorang pedofilia pada tahun 2000, "benar-benar hancur" sesudah polisi mengatakan kepadanya bahwa pesan teleponnya kemungkinan telah disadap oleh surat kabar itu. (ANT/K004)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011