Kearifan bangsa Indonesia sebagai bagian dari re-imagining the future

Jakarta (ANTARA) - Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Iwan Syahril mengatakan Indonesia akan mengangkat empat prioritas pendidikan dan kebudayaan pada Presidensi G20 mendatang.

“Dalam Presidensi G20, Kemendikbudristek akan memimpin kelompok kerja pendidikan G20 atau Education Working Group. Tahun lalu, di bawah Presidensi Italia selaku pimpinan G20 telah dibahas mengenai isu learning poverty dan ketimpangan akses pendidikan selama pandemi COVID-19,” ujar Iwan dalam Kick Off G20 on Education and Culture yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Indonesia berpandangan inisiatif yang dilakukan pada tahun sebelumnya harus diperkuat, sehingga dapat dipulihkan dan menjadi lebih baik lagi dari masa sebelum pandemi. Negara G20, lanjut dia, harus bahu-membahu dalam mengatasi ketimpangan akses pendidikan pasca COVID-19.

Terdapat empat empat isu pendidikan yang akan dibahas selama Presidensi Indonesia. Pertama adalah mengenai isu Pendidikan yang Berkualitas atau Universal Quality Education.

“Isu ini diangkat dari tantangan dan pemerataan akses pendidikan di semua tingkatan, khususnya untuk kelompok-kelompok rentan dalam upaya pemulihan COVID-19. Isu ini juga bentuk komitmen Indonesia dalam mewujudkan akses pendidikan yang berkualitas untuk semua sesuai dengan SDG’s keempat,” terang dia.

Baca juga: Mendikbudristek segera umumkan agenda prioritas G20 bidang pendidikan

Baca juga: Teknologi atasi kesenjangan pendidikan

Kedua adalah Digital Technologies in Education atau Teknologi Digital dalam Pendidikan. Indonesia ingin menajamkan diskusi dan solusi tentang bagaimana teknologi digital sebagai jawaban atas pemerataan akses dan keadilan sosial pada bidang pendidikan.

Ketiga adalah Solidarity and Partnerships atau Solidaritas dan Kemitraan. Iwan menambahkan isu berkaitan dengan kearifan bangsa Indonesia yaitu gotong royong.

“Kita menawarkan kearifan bangsa Indonesia sebagai bagian dari re-imagining the future, karena kita percaya hanya dengan saling bekerja sama dan saling mendukung dapat menyelesaikan berbagai permasalahan global,” terang dia.

Keempat, adalah The Future of Work Post COVID-19 atau Masa Depan Dunia Kerja Pasca COVID-19. Kemendikbudristek berpandangan bahwa kebutuhan dunia kerja pasca pandemi COVID-19 mengalami perubahan. Oleh karena itu dunia perlu melakukan perubahan bagaimana pendidikan dapat memiliki jawaban atas tantangan dunia pada masa depan.

Kemendikbudristek mengajak segenap pemangku kepentingan untuk saling berkolaborasi dan saling menguatkan. Indonesia akan menunjukkan bahwa budaya gotong royong akan menjadi inspirasi bagi dunia, untuk sama-sama pulih dan membangun dunia yang lebih baik.

Baca juga: Presiden dorong kerja sama RI-Australia dalam pendidikan vokasi

Baca juga: Transformasi digital ciptakan efisiensi pemerintahan dan pendidikan

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022