Karachi (ANTARA News) - Pemerintah Pakistan Rabu melancarkan kampanye untuk mengakhiri sejumlah bentrokan berdarah di kota Karachi setelah sedikitnya 200 orang tewas sejak awal bulan ini.
Banyak bagian dari kota pelabuhan itu telah berubah menjadi medan tempur dalam beberapa pekan belakangan ini dengan pemerintah nasional tidak dapat mencegah kekerasan yang meningkat, yang dipersalahkan kepada para aktivis dari partai-partai politik yang mewakili kelompok-kelompok etnik yang bersaing.
Kampanye itu berupa antara lain mendirikan papan pengumuman untuk memobilisasi pendapat umum, menutupi bangunan pemerintah dengan bendera putih dan mendorong para pemimpin partai yang bersaing di kota itu untuk menemui keluarga korban-korban kekerasan.
"Kami telah melancarkan kampanye untuk menimbulkan perdamaian yang kekal di Karachi, yang merupakan mesin ekonomi negara kami," kata Sharjeel Memon, menteri informasi provinsi Sindh, yang mana Karachi adalah ibu kotanya, pada AFP.
"Kami mencetak sejumlah besar stiker, selebaran dan plakat yang menyerukan perdamaian dan akan mendistribusikannya di kota itu."
Para pendukung kelompok Gerakan Muttahida Qoumi (MQM), yang bermarkas di antara mayoritas yang berbahasa Urdu, sudah memiliki sedikit hubungan selama beberapa tahun dengan Partai Awami Nasional (ANP), yang mewakili imigran etnik Pashtun.
Kedua kelompok itu secara resmi mengatakan, Rabu, bahwa mereka mendukung kampenye tersebut, tapi beberapa pengamat menanyakan apapah mereka mau memerintahkan pada aktivis mereka untuk berhenti berperang.
"Keadaan hanya dapat membaik ketika surat perintah negara dipulihkan dan semua partai beroperasi tanpa sayap militan mereka," kata Tauseef Ahmed Khan, komentator politik di Urdu University di Karachi, pada AFP.
Bulan ini dilaporkan sebagai yang paling berdarah di Karachi sejak 1995, ketika media setempat melaporkan sedikitnya 200 orang telah tewas.
Dalam empat hari kerusuhan pada awal Juli, 95 orang tewas sebelum tentara merebut kembali wilayah-wilayah di Karachi yang dikuasai oleh geng-geng bersenjata.
Ratusan polisi dan tentara paramiliter telah dikerakan pekan lalu di kota itu untuk berusaha mengakhiri kerusuhan tersebut. (S008/A023/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011