Jakarta (ANTARA) - Pakar virologi dari Universitas Udayana Prof I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengemukakan vaksin COVID-19 multivarian perlu memperhatikan faktor major epitope atau bagian yang menginduksi antibodi penting.

"Tergantung varian baru itu. Kalau berubah di major epitope, artinya bagian yang menginduksi antibodi penting, vaksin itu juga tak mampu (tidak efektif)," kata I Gusti Ngurah Kade Mahardika yang dikonfirmasi Antara di Jakarta, Selasa.

Pernyataan itu dikemukakan Mahardika saat menanggapi riset Tim Peneliti Sinovac pada vaksin multivarian yang akan diproduksi untuk melawan mutasi lain virus SARS-CoV-2.

Mahardika mengatakan varian COVID-19 berikutnya yang akan muncul di tengah masyarakat tidak akan bisa diprediksi. "Paling mereka (Sinovac) isi vaksin multi varian dengan strain (varian) Wuhan, Delta dan Omicron," katanya.

Baca juga: Sinovac nantikan kolaborasi lebih lanjut dengan Indonesia

Baca juga: Malaysia apresiasi sumbangan ketiga, dua juta dosis vaksin dari China

Mahardika meyakini bahwa semua vaksin yang tersedia saat ini memiliki kemampuan menekan risiko gejala berat pada seseorang yang terpapar SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, termasuk produk vaksin Sinovac.

"Vaksin tak ada yang sempurna, efektif menekan risiko 90 persen saja sudah sangat baik," katanya.

Ia mengatakan upaya terbaik bagi masyarakat untuk melindungi diri dari COVID-19 saat ini adalah dengan menghindari kerumunan.

Protokol kesehatan yang saat ini berlaku, kata Mahardika, sebenarnya belum sepenuhnya efektif menangkal virus. Sebab SARS-CoV-2 bisa menginfeksi manusia melalui saluran mata, hidung, dan mulut.

"Belum lagi penularan tak langsung karena cemaran badan dan pakaian. Mata tak dilindungi masker. Karena memakai masker, masyarakat berkerumun dan merasa aman. Itu hanya menurunkan risiko katakanlah 50 persen saja," ujarnya.

Sebelumnya dalam agenda diskusi daring, Selasa, Vice President Sinovac Weining Meng mengatakan pihaknya tengah melakukan pengembangan terhadap vaksin Corona yang menyasar banyak varian dan mutasi COVID-19.

Ia mengatakan vaksin tersebut tak hanya dikembangkan untuk melawan satu mutasi spesifik saja, tapi banyak varian di masa mendatang.

"Nanti akan ada versi multivarian. Dalam hal ini Sinovac akan melakukan pengembangan untuk vaksin multivarian masih dengan platform inactivated (virus yang dilumpuhkan)," katanya.*

Baca juga: Thailand izinkan vaksin Sinovac, Sinopharm untuk usia 6 tahun ke atas

Baca juga: Tiga vaksin beri kekebalan lebih tinggi sebagai 'booster' Sinovac

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022