Mogadishu (ANTARA News/AKI-OANA) - Sebanyak 100.000 orang telah tiba di ibu kota Somalia, Mogadishu, untuk mencari makanan, air dan tempat berteduh, selama dua bulan belakangan saat daerah itu menderita kemarau terburuk dalam 60 tahun.
"Jumlahnya bertambah dari hari ke hari. Setiap hari, rata-rata 1.000 orang tiba pada Juli," kata Vivian Tan, juru bicara Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), Selasa (26/7), sebagaimana dikutip AKI, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu.
Program Pangan Dunia (WFP), yang berpusat di Roma, berharap dapat memulai serangkaian angkutan udara ke Somalia pada Selasa, untuk membawa makanan dan pasokan lain yang ditujukan buat anak-anak yang kekurangan gizi.
Kemarau telah menciptakan kondisi darurat kemanusiaan serta ribuan orang yang kehilangan tempat tinggal di dalam negeri mereka di Somalia, dan membuat ribuan orang lagi mencari bantuan di negara tentangga, Kenya serta Ethiopia, kata jurubicara UNHCR tersebut.
"Mengingat bertambah banyaknya pengungsi yang berupaya mencari bantuan pangan, jumlah pangan yang dikirim tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut. Ini telah menciptakan kekacauan serius bahkan penjarahan," kata Tan di dalam satu pernyataan.
"Akibatnya ialah sebagian orang yang paling lemah dan paling rentan tak mendapat apa-apa, kendati upaya terbaik dilakukan oleh berbagai lembaga dan organisasi amal," tambah wanita juru bicara itu.
PBB pekan lalu menyatakan dua bagian Somalia selatan menderita kelaparan.
Menurut Kantor PBB Urusan Koordinasi Kemanusiaan (OCHA), sebanyak 3.500 orang Somalia telah menyeberangi perbatasan ke dalam wilayah Kenya dan Ethiopia setiap hari, selain lebih dari 740.000 pengungsi yang sudah menyeberangi perbatasan.(*)
(T.A045/C003)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011