Menjadi lebih sulit bagi peminjam tanpa lindung nilai untuk membayar kembali pinjaman mata uang asing, dan deposan cenderung menarik dana
New York (ANTARA) - Bank-bank di negara-negara berkembang Amerika Latin dan Eropa paling terpapar dolarisasi di antara negara-negara berkembang, membuat mereka rentan terhadap mata uang lokal yang lebih lemah dan peningkatan penarikan dalam menghadapi kebijakan moneter AS yang lebih ketat, kata Moody's, Senin (7/2/2022).
Kenaikan suku bunga bang sentral AS, Federal Reserve (Fed) kemungkinan akan memperlambat aliran modal ke pasar negara berkembang, melemahkan mata uang dan pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan serta berpotensi memicu risiko kredit di bank yang didominasi dolar, kata Moody's.
"Bank dengan volume besar pinjaman dan simpanan mata uang asing di neraca mereka rentan terhadap lonjakan kerugian kredit dan tekanan pada profitabilitas dan likuiditas mereka ketika mata uang lokal turun tajam nilainya," tulis analis Moody's.
"Menjadi lebih sulit bagi peminjam tanpa lindung nilai untuk membayar kembali pinjaman mata uang asing, dan deposan cenderung menarik dana. Dolarisasi yang tinggi juga mengancam stabilitas keuangan pada saat krisis jika bank sentral tidak memiliki cadangan mata uang asing yang cukup untuk menyelamatkan bank yang kekurangan dolar."
Baca juga: Dolar dan euro melemah, pasar tenang dari polemik suku bunga naik
Moody's menemukan bahwa simpanan dolar tertinggi di bank-bank di Amerika Latin, Eropa yang sedang berkembang, dan negara-negara bekas Soviet, meskipun relatif rendah di Asia Pasifik dan moderat di Afrika. Eksposur yang lebih tinggi di negara-negara Teluk diimbangi oleh cadangan mata uang asing yang kuat.
Depresiasi peso lokal Uruguay yang terus-menerus dan inflasi yang tinggi telah mengangkat negara itu ke puncak daftar negara-negara yang didominasi dolar oleh Moody dengan 74 persen deposito - sebuah tren yang akan tetap ada. Tabungan dari non-penduduk, sebagian besar tetangga Argentina itu, di mana inflasi diperkirakan mencapai 55 persen pada akhir tahun, akan tetap tinggi pada 10 persen.
Turki, ekonomi berkembang lainnya yang telah melihat penduduk setempat bergulat dengan inflasi tinggi dan mata uang yang melemah, akan melihat simpanan dolar naik menjadi 65 persen pada akhir 2022, meningkat dari 47 persen pada 2020 dan 63 persen tahun lalu.
"Deposan ritel terus mengubah sebagian materi dari simpanan mata uang lokal mereka ke dalam mata uang asing (terutama dolar AS) untuk melindungi tabungan mereka dari depresiasi dan inflasi," kata Moody's.
Baca juga: Dolar Menguat Setelah Moody`s Turunkan Peringkat Yunani
Deposito mata uang asing turun tajam di Argentina, dari 40 persen pada 2019 menjadi 16 persen pada 2021 karena erosi kepercayaan setelah pemilu 2019.
"Ada kemungkinan arus keluar lebih lanjut dari simpanan dolar jika kepercayaan pada kebijakan publik atau bank sentral semakin memburuk," kata Moody's, mencatat bank sentral memiliki sedikit atau tidak ada cadangan mata uang asing untuk mendukung bank dalam krisis.
Tren dolarisasi yang lebih rendah akan berlanjut dalam jangka pendek di Azerbaijan, Armenia, Kazakhstan, Peru dan Ukraina. Tetapi bank-bank di Azerbaijan, Armenia dan Belarusia juga memiliki eksposur tertinggi terhadap peminjam yang tidak dilindungi, tidak memiliki pendapatan dalam mata uang asing dari pinjaman tersebut.
Baca juga: Harga emas naik 14 dolar, risiko inflasi dongkrak daya tarik aset aman
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022