Jakarta (ANTARA) - Salah satu industri pupuk, PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim/PKT) siap menjadi pionir transformasi industri petrokimia menjadi industri hijau dengan mengintegrasikan berbagai upaya yang sudah tertera dalam peta jalan PKT agar lebih hijau dan berkelanjutan.

“Kami di Pupuk Kaltim melihat, kedepannya perusahaan tidak hanya dituntut menjadi lebih produktif tetapi juga lebih ramah lingkungan. Hal ini tertuang di roadmap 40 tahun kedua PKT yang akan fokus ke arah industri petrokimia yang berbasis renewable," kata Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi lewat keterangannya di Jakarta, Senin.

Menurut dia, peta jalan tersebut akan terus dikembangkan dengan fokus pada tiga pondasi utama yaitu efisiensi energi lewat digitalisasi, diversifikasi usaha dengan bahan baku energi terbarukan, dan melakukan praktik ekonomi sirkular guna memanfaatkan emisi produksi menjadi komoditas bisnis baru seperti soda ash.

Praktik-praktik tersebut tidak hanya sebagai upaya mengurangi jejak karbon, tetapi dapat memberikan dampak keberlanjutan dan efek berantai positif baik bagi perusahaan, masyarakat sekitar, maupun negara.

Dalam upaya pengurangan jejak karbon, Rahmad juga menjelaskan saat ini Pupuk Kaltim mulai menggunakan biomassa sebagai sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan, sebagai campuran pembangkit listrik boiler batu bara guna mengurangi emisi pabrik hingga 5,4 persen.

Baca juga: Terapkan industri hijau berkelanjutan PKT raih penghargaan Rintek 2021

Langkah lain yang telah dilakukan Pupuk Kaltim adalah reaktivasi pabrik urea Proyek Optimasi Kaltim (POPKA-2) yang berpotensi mengurangi emisi 3,4 persen atau sebesar 145.408 ton CO2 per tahun, juga menyiapkan kapasitas penyimpanan carbon storage sebesar 130 MM ton CO2 atau sekitar 21 persen dari total potensi penyimpanan karbon di Indonesia.

Pupuk Kaltim juga secara aktif turut mengembangkan keterlibatan masyarakat sekitar melalui kehutanan dengan mengajak menanam tanaman yang mampu menyerap lebih banyak CO2 seperti mangrove, matoa, mahoni, dan durian.

"Kami mengembangkan budaya ramah lingkungan sebagai bagian dari program Environment, Social, and Governance (ESG) perusahaan. Ke depannya, PKT menargetkan untuk menanam 50,000 jenis pohon/tahun yang di antaranya merupakan tanaman mangrove yang mampu menyerap karbon hingga 37,500 ton per tahun," ujar Rahmad.

Program penanaman itu pun, lanjutnya nantinya akan terus berekspansi ke wilayah yang lebih luas agar carbon capture atau storage secara biologis tidak hanya terfokus di satu tempat.

"Dengan demikian, tidak hanya serapan karbon emisinya, tapi keuntungan bagi masyarakat pun dapat tercapai," ujar Rahmad.

Baca juga: Kemenperin transformasi petrokimia jadi industri hijau

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022