"Yang terutama kami khawatirkan adalah keadaan anak-anak," kata Josette Sheeran kepada wartawan, setelah mengunjungi Mogadishu, ibu kota Somalia, dan kamp Dadaab di Kenya utara dimana ratusan ribu orang Somalia yang kelaparan mengungsi.
"Apa yang kami lihat adalah anak-anak yang tiba dalam keadaan begitu lemah dan banyak dari mereka mengalami kekurangan gizi tahap empat dan memiliki sedikit peluang untuk bisa selamat -- kurang dari 40 persen," kata Sheeran.
"Kami juga mendengar dari ibu-ibu yang terpaksa meninggalkan bayi mereka di sepanjang jalan dan memiliki pilihan mengerikan: menyelamatkan yang lebih kuat demi yang lemah atau mereka yang memiliki anak meninggal dalam pelukan mereka," katanya.
"Anak-anak ini sangat lemah. Itu hal terburuk yang pernah saya lihat," tambah pejabat PBB itu.
WFP yang bermarkas di Roma menyatakan, mereka akan memulai pengangkutan bantuan udara pangan pada Selasa ke Mogadishu serta ke kota Dolo Ethiopia di perbatasan dengan Somalia dan ke kota Wajir yang dilanda kekeringan di Kenya utara.
Minggu, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan telah membagikan 400 ton makanan di wilayah terlanda kekeringan yang dikuasai gerilyawan di Somalia selatan.
"Distribusi itu dilakukan di distrik Bardera dan berlangsung tanpa insiden, dengan sepengetahuan pihak berwenang dan penerima," kata juru bicara ICRC Yves Van Loo kepada AFP di Nairobi.
Penyerahan bantuan langsung kepada penduduk itu merupakan yang pertama kali dilakukan ICRC di wilayah yang dikuasai gerilyawan Al-Shabaab sejak 2009, kata juru bicara itu, dengan menambahkan bahwa pengiriman bantuan makanan lebih lanjut akan dilakukan dalam beberapa hari mendatang.
Badan-badan bantuan internasional berusaha mencari cara untuk menyerahkan bantuan makanan kepada penduduk yang tinggal di kawasan yang dilanda kelaparan itu, daerah-daerah Somalia selatan yang dikuasai kelompok Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaida.
ICRC menyatakan, mereka telah membagikan 400 ton makanan yang mencakup beras, biji-bijian dan minyak kepada 4.000 keluarga atau sekitar 24.000 orang di provinsi Gedo pada Sabtu.
Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon meminta negara-negara donor memberikan bantuan 1,6 milyar dolar bagi kedua wilayah Somalia tersebut.
Badan-badan bantuan menarik diri dari Somalia selatan pada awal 2010 setelah ancaman terhadap staf mereka dan aturan semakin keras yang diberlakukan terhadap aktivitas mereka oleh Al-Shabaab, yang dimasukkan ke dalam daftar kelompok teror oleh Washington.
Militan bulan ini mengatakan, kelompok bantuan asing bisa kembali lagi ke wilayah itu, namun Jumat seorang juru bicara Al-Shabaab mengatakan bahwa larangan operasi terhadap mereka masih tetap diberlakukan.
Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011