"Interaksi yang sangat tinggi antara manusia dan unggas hidup terjadi setiap harinya di pasar tradisional di Indonesia dan hal tersebut dapat menjadi potensi penularan AI," kata penasehat WHO.

Jakarta (ANTARA News) - Tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merampungkan misi lima harinya di Jakarta, Jumat, dengan menyimpulkan bahwa pasar-pasar hewan tradisional di ibukota beresiko tinggi sebagai tempat penyebaran virus flu burung (Avian Influenza=AI) dari hewan ke manusia dan dari hewan ke hewan. Penularan virus AI dari hewan ke manusia terjadi melalui kontak langsung dengan ternak yang telah terinfeksi, baik yang hidup maupun yang sudah dipotong, permukaan dan barang-barang yang terkontaminasi oleh kotoran, darah, bulu maupun dagingnya. Selama kunjungan lima harinya di Jakarta itu, anggota tim WHO antara lain meninjau langsung Pasar Burung Pramuka Rabu lalu (25/1) guna mengetahui kondisi kebersihan lingkungan pasar dan penanganan limbah unggas di sana. Dalam laporan tiga halamannya tentang hasil observasi misi pengembangan rencana aksi nasional untuk mencegah dan mengawasi AI di lima pasar hewan di Indonesia itu, tim ini merekomendasikan lima poin. Kelima poin itu adalah meninjau kembali rencana strategis nasional bagi pengawasan AI dan kesiapan menghadapi pandemi AI 2006-2008 guna memperkuat upaya-upaya pencegahan, penularan AI potensial terjadi di pasar-pasar tradisional. Seterusnya, menggelar program nasional untuk mendukung pasar-pasar makanan yang sehat, membangun kapasitas untuk mendukung terwujudnya pasar-pasar makanan yang sehat, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan berbagai faktor resiko AI dan bagaimana menguranginya. Terkait dengan pasar-pasar tradisional sebagai tempat yang rawan bagi penyebaran virus mematikan ini, sejumlah isu penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa unggas dan ternak yang divaksinasi dapat menjadi pembawa asimtomatik virus AI. Selain itu, lokasi penyimpanan unggas, pemotongan dan proses lanjutannya dilakukan di tempat-tempat umum, para pemilik warung di pasar-pasar hewan tradisional, pekerja dan konsumen sangat terbatas dalam mendapatkan air bersih, sabun, dan handuk untuk membersihkan tangan mereka; serta umumnya sangkar unggas kotor. Sebelumnya, dalam pernyataan persnya Rabu lalu, Penasehat Regional mengenai Kesehatan Lingkungan WHO untuk Asia Tenggara, Alexander von Hildebrand, telah meminta berbagai pihak terkait di Indonesia agar meningkatkan kebersihan dan sanitasi di pasar-pasar traditional untuk mencegah penularan AI. "Interaksi yang sangat tinggi antara manusia dan unggas hidup terjadi setiap harinya di pasar tradisional di Indonesia dan hal tersebut dapat menjadi potensi penularan AI," katanya. Sejauh ini, kasus flu burung pada manusia yang telah dikonfirmasi di Indonesia telah mencapai 19 kasus, 14 orang di antaranya meninggal dunia. Sebagian besar pada kasus-kasus tersebut ditemukan adanya kontak langsung dengan unggas yang sakit atau mati.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006