Kunci keberhasilan menanggulangi terorisme adalah kemitraan, kerjasama yang baik antara negara dan masyarakat.
Jakarta (ANTARA News) - Berkaitan dengan aksi kekerasan yang terjadi di Norwegia pada 22 Juli 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan aksi terorisme bisa dilakukan oleh kelompok mana pun tanpa memandang agama, suku, bangsa, atau identitas apa pun.
"Terorisme adalah terorisme," ujar Presiden dalam konferensi pers di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Senin, untuk merespon aksi terorisme di Norwegia yang menewaskan 93 orang.
Presiden atas nama pemerintah, negara, dan rakyat Indonesia menyampaikan duka cita kepada pemerintah dan rakyat Norwegia atas terjadinya serangan kembar di pusat kota Oslo dan perkemahan musim panas angkatan muda Partai Buruh yang diselenggarakan di Pulau Utoya.
"Indonesia mengutuk aksi-aksi terorisme yang tidak berperikemanusiaan seperti itu. Ini juga sekaligus membuktikan bahwa aksi-aksi terorisme dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dilakukan oleh kelompok mana pun tidak terbebas dari agama, suku, bangsa, atau pun identitas-identitas yang lain," tuturnya.
Presiden yang memberikan pernyataan didampingi oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa juga menyatakan aksi terorisme terbukti bisa terjadi di mana saja termasuk di Norwegia yang makmur dan relatif stabil serta damai.
Untuk itu, Kepala Negara juga memperingatkan rakyat Indonesia agar tetap bekerjasama mendukung aparat keamanan untuk menjaga ketertiban dan keselamatan publik.
"Kunci keberhasilan menanggulangi terorisme adalah kemitraan, kerjasama yang baik antara negara dan masyarakat," ujarnya.
Presiden juga telah menulis surat kepada PM Norwegia Jen Stoltenberg untuk mengucapkan belasungkawa mewakili pemerintah dan rakyat Indonesia.
Dalam suratnya, Kepala Negara menyampaikan keyakinan bahwa Norwegia bisa bangkit dari mengatasi ujian serta menyelesaikan tragedi tersebut melalui prinsip-prinsip demokrasi yang selama ini dijunjung tinggi oleh negara Eropa Utara itu.
Presiden dalam pernyataannya juga menyatakan hubungan bilateral Indonesia dan Norwegia selama ini cukup dekat dan kuat di antaranya dalam mengatasi perubahan iklim dan penyelamatan hutan.
Selain itu, Indonesia dan Norwegia juga berinisiatif menggelar dialog interaktif global untuk menghindari konflik yang bisa timbul dari kesalahpahaman akibat pemberitaan di media massa pasca munculnya karikatur Nabi Muhammad SAW di koran Denmark.
(D013*P008)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011