Baghdad (ANTARA News) - Pasukan keamanan Irak menangkap 16 tersangka anggota Al-Qaida yang dituduh mendalangi lebih dari 100 pembunuhan di Baghdad, ibu kota Irak, kata seorang pejabat tinggi keamanan, Minggu.
Jendral Ahmed Abu Ragheef, kepala urusan internal Kementerian Dalam Negeri, menuduh orang-orang itu melakukan pembunuhan tingkat tinggi pada Mei terhadap Ali al-Lami, seorang politikus senior Irak yang membantu mendongkel anggota-anggota partai Baath Saddam Hussein yang dilarang dari kancah politik setelah invasi pimpinan AS pada 2003.
"Kami berhasil menangkap kelompok teroris yang bertanggung jawab atas sejumlah pembunuhan akhir-akhir ini di Baghdad," kata Ragheef kepada wartawan pada jumpa pers, lapor Reuters.
Ia menyatakan, pasukan keamanan memerlukan waktu 20 hari untuk melaksanakan seluruh operasi penangkapan ke-16 orang itu, termasuk pemimpin sel mereka.
Menurut jendral Irak itu, pasukan keamanan juga menemukan simpanan senjata sel tersebut dan sebuah pabrik di Baghdad selatan tempat senapan-senapan dengan peredam suara dan bom tempel diproduksi.
Sel militan itu juga bertanggung jawab atas upaya gagal pembobolan penjara pada 8 Mei di sebuah kompleks penjara satuan anti-terorisme kementerian dalam negeri di Baghdad, dimana 18 orang yang mencakup seorang pemimpin Al-Qaida dan seorang pejabat senior anti-terorisme Irak tewas dalam bentrokan antara tahanan dan pasukan keamanan.
Kekerasan meningkat lagi di Irak beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.
Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.
Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan.
Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.
Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.
Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.
Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.
Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.
Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011