Nariobi (ANTARA News) - Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan, Minggu, mereka telah membagikan 400 ton makanan di wilayah terlanda kekeringan yang dikuasai gerilyawan di Somalia selatan, sementara PBB bersiap-siap mengadakan pertemuan darurat mengenai krisis di kawasan itu.
"Distribusi itu dilakukan di distrik Bardera dan berlangsung tanpa insiden, dengan sepengetahuan pihak berwenang dan penerima," kata juru bicara ICRC Yves Van Loo kepada AFP di Nairobi.
Penyerahan bantuan langsung kepada penduduk itu merupakan yang pertamakali dilakukan ICRC di wilayah yang dikuasai gerilyawan Al-Shabaabsejak 2009, kata juru bicara itu, dengan menambahkan bahwa pengirimanbantuan makanan lebih lanjut akan dilakukan dalam beberapa harimendatang.
Provinsi Gedo terletak di dekat Bakool dan Shabelle Hulu, dua daerahSomalia selatan yang pekan ini diumumkan PBB sebagai kawasan palingparah yang dilanda kelaparan.
Para pejabat PBB mengatakan, selama beberapa bulan ini puluhan ribuorang tewas akibat kekeringan terburuk yang melanda Somalia dalam 60tahun.
Badan-badan bantuan internasional berusaha mencari cara untukmenyerahkan bantuan makanan kepada penduduk yang tinggal di kawasanyang dilanda kelaparan itu, daerah-daerah Somalia selatan yang dikuasaikelompok Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaida.
ICRC menyatakan, mereka telah membagikan 400 ton makanan yang mencakupberas, biji-bijian dan minyak kepada 4.000 keluarga atau sekitar 24.000orang di provinsi Gedo pada Sabtu.
Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon meminta negara-negara donormemberikan bantuan 1,6 milyar dolar bagi kedua wilayah Somalia tersebut.
Senin, Badan Pangan PBB (FAO) menjadi tuan rumah pertemuan mengenai krisis itu di Roma.
Badan-badan bantuan menarik diri dari Somalia selatan pada awal 2010setelah ancaman terhadap staf mereka dan aturan semakin keras yangdiberlakukan terhadap aktivitas mereka oleh Al-Shabaab, yang dimasukkanke dalam daftar kelompok teror oleh Washington.
Militan bulan ini mengatakan, kelompok bantuan asing bisa kembali lagike wilayah itu, namun Jumat seorang juru bicara Al-Shabaab mengatakanbahwa larangan operasi terhadap mereka masih tetap diberlakukan.
Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upayamenumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanyamenguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yangdiklaim oleh Al-Qaeda.
Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dansebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedangmenyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan.
Pemimpin Al-Shabaab telah memperingatkan dalam pesan terekam pada Julibahwa Uganda akan menghadapi pembalasan karena peranannya dalammembantu pemerintah sementara Somalia yang didukung Barat.
Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia padaawal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintahsementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras dinegara Tanduk Afrika tersebut.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yangmemiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama binLaden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintahPresiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan padaMei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintahyang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somaliatengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukanhukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukaneksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dantengah.
(M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011