Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Hasan Wirayuda meyakini negara-negara demokratis akan menghormati apapun keputusan yang telah diambil rakyat Palestina untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin Palestina ke depan. Menlu juga mengimbau agar masyarakat internasional terbuka dalam menanggapi hasil dari proses pemilihan yang baru saja berlangsung di Palestina yang dimenangi kelompok Hamas dengan mengalahkan Fatah. "Saya percaya negara-negara demokrasi lainnya pun akan menghormati keputusan demokratis yang telah diambil rakyat Palestina," kata Menlu Hasan Wirayudha dalam jumpa pers rutin di Jakarta, Jumat. Indonesia sendiri, katanya, menyambut baik atas berlangsungnya secara damai dan demokratis proses pemilu tersebut. Soal keputusan siapa yang menang dan kalah dalam proses itu adalah keputusan rakyat Palestina sendiri. "Kita sebagai negara demokratis menghormati keputusan tersebut dan hendaknya semua fihak juga tidak terlalu tergesa-gesa mengambil kesimpulan tentang siapa dan bagaimana proses ini," ujarnya. Lebih lanjut Menlu mengatakan bahwa tidak perlu ada prasangka bahwa Hamas yang diduga atau dinilai sebagian kalangan penganut garis keras tidak layak memerintah di Palestina. Yang menentukan layak atau tidak mereka (Hamas) memerintah adalah rakyat Palestina sendiri sepanjang proses itu dilakukan melalui cara yang demokratis. Ia menggambarkan tidak jarang figur-figur yang ditafsirkan sebagai garis keras bukan tidak mungkin justru mampu menyelesaikan masalah secara damai, seperti PM Ariel Sharon yang dikenal sebagai orang paling keras dari kelompok garis keras Israel, justru mampu mengambil keputusan sefihak menarik pasukan Israel dari Jalur Gaza. Oleh karena itu Indonesia berharap, siapapun yang menang dalam pemilihan di Palestina akan melanjutkan pencarian solusi damai atas persoalan Israel-Palestina. Indonesia optimis dengan hal itu, kata Menlu. Ketika ditanya apakah AS maupun Israel juga perlu menghormati keputusan Rakyat Palestina, Menlu mengemukakan bahwa dirinya tidak dalam posisi mengharuskan seperti itu. Karena setiap negara akan mengambil sikap menurut kepentingannya masing-masing. "Tetapi saya percaya AS dan Israel akan memperhatikan dengan sangat ketat perkembangan-perkembangan yang terjadi sekarang ini," katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2006