Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman optimis Indonesia bisa keluar dari pandemi COVID-19 pada tahun 2022 melalui penegakan protokol kesehatan (prokes) dalam masyarakat yang dapat memutus rantai penularan.
“Kemudian yang harus dipahami sebagai basic adalah semua pandemi, akan berakhir dan tidak ada lima tahun atau 10 tahun. Paling lama ini saya prediksi tiga tahunan dari sejak awal pandemi 2020, saya juga sudah sampaikan itu,” kata Dicky saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Dicky menyebutkan kondisi pandemi dunia saat ini, hampir sebanyak 90 persen telah didominasi oleh kasus positif COVID-19 akibat varian Omicron.
Baca juga: Epidemiolog minta masyarakat tak samakan COVID-19 dengan flu biasa
Dominasi itu dapat terjadi karena Omicron dapat menular dua kali lebih cepat dibandingkan dengan varian Delta melalui udara. Selain itu, terdapat temuan baru di mana varian itu juga memiliki daya tahan yang lebih lama pada sebuah lingkungan.
“Jadi penularan yang terjadi mekanisme penularannya selain udara ini, yang fomite transmission menjadi lebih kerap terjadi pada varian Omicron,” ujar dia.
Walaupun demikian, pandemi COVID-19 menurutnya dapat berakhir dalam waktu tiga tahun sejak pertama kali wabah terjadi pada bulan Maret 2020. Namun, hal tersebut hanya dapat terjadi bila semua pihak terus disiplin menjalankan protokol kesehatan, mengikuti vaksinasi serta menggencarkan 3T (testing, tracing dan treatment).
Menurutnya, COVID-19 yang menular melalui udara dapat ditangkis dengan aktifnya masyarakat memakai masker tepat di bagian hidung, mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir serta menjaga jarak. Sebab, virus tidak dapat menularkan orang lain selain melalui interaksi yang dilakukan antarsesama.
Masyarakat juga dapat menjauhi kerumunan dan mengurangi melakukan mobilitas sosial yang tidak diperlukan agar dapat membantu sesama yang lebih membutuhkan atau kesulitan menghadapi pandemi, seperti dalam aspek ekonomi.
Baca juga: Pakar sebut varian Omicron menyebar cepat tapi gejala ringan
“Makanya cuci tangan itu penting. Ya karena kalau seseorang pegang gagang pintu lalu dipegang orang lain (bisa tertular), daya tahan Omicron ini lebih bertahan lama jauh dibandingkan Delta atau varian lain,” kata Dicky.
Kemudian Dicky mengatakan semua pihak harus lebih peduli pada udara yang ada di lingkungannya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pembersihan sirkulasi pada ventilasi udara dan rajin melakukan disinfeksi pada ruangan yang kerap dipakai secara bersama-sama.
Dicky mengatakan, semua orang memiliki keterlibatan peran dalam mengendalikan pandemi COVID-19 apapun jenis varian yang saat ini sedang mewabah. Oleh sebab itulah, diharapkan semua pihak dapat mengenali peran masing-masing juga memperkaya ilmu mengenai COVID-19.
Ia turut meminta agar masyarakat tidak terpancing dengan hoaks atau teori konspirasi yang tidak mendasar di media sosial. Akan lebih baik bila semua orang mencari informasi yang bersumber dari para ahli ataupun berbasis sains.
“Kita masih punya optimisme bahwa akhir tahun ini akan keluar dari situasi krisis. Modalitasnya sudah ada, yaitu vaksinasi dan juga pengendalian yang lebih dipahami pada aspek 3T serta 5M,” tegasnya.
Baca juga: Kemenkes: Temuan Omicron di Papua bukti infeksi makin meluas
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022