Jakarta (ANTARA) - Wang Yulian, 61 tahun, yang tinggal di Kota Chongqing, China barat daya, baru-baru ini membeli kulkas baru dari "bazar Festival Musim Semi" bergerak, yakni sebuah kereta lambat.
Melaju di jalur kereta pertama yang dibangun secara mandiri oleh China setelah Republik Rakyat China (RRC) didirikan pada 1949, kereta lambat ini berangkat dari Chongqing ke Neijiang, di Provinsi Sichuan yang berdekatan.
Dengan kecepatan 60 kilometer per jam, butuh hampir delapan jam bagi kereta tersebut untuk menempuh perjalanan di sepanjang jalur kereta yang memiliki 28 stasiun itu.
Banyak stasiun kereta berdiri di desa-desa terpencil di pegunungan, sehingga kereta khusus tersebut sering kali dipenuhi penduduk desa yang membawa produk lokal mereka, yang siap untuk dijual di kota-kota besar dan kecil.
Sementara itu, mereka yang berasal dari kota besar memilih naik kereta tersebut untuk mengunjungi daerah pedesaan untuk menghirup udara segar atau menikmati kuliner lokal yang berkualitas.
Pada 26 Januari, Wang turun di sebuah stasiun kereta bernama "Bolin", yang di tempat itu terdapat sebuah pasar basah yang menjajakan banyak produk ikan segar, telur, dan sayuran. Wang dan teman-temannya naik kereta lambat itu untuk membeli kebutuhan sehari-hari sebagai hiburan utama mereka setelah pensiun.
Rutinitas "berburu sayur" dimulai dari tiba di stasiun sekitar pukul 13.30 dan check-indi penginapan setempat, kemudian berbelanja di pasar petani pada keesokan harinya sebelum mereka kembali ke rumahnya di Chongqing.
"Tarif penginapan desa untuk kami masing-masing hanya sekitar 60 yuan (1 yuan = Rp2.258) yang sudah termasuk empat kali makan dan kamar untuk semalam," kata Wang. "Saya menghabiskan 1.000 yuan hari ini untuk membeli makanan yang cukup untuk liburan Festival Musim Semi selama sepekan untuk keluarga saya."
"Tiket sekali jalan kereta lambat sekitar 11,5 yuan dan kereta ini juga berfungsi sebagai pasar makanan bagi kami. Jadi kami tidak terlalu mempermasalahkan kecepatannya yang lambat, yang memberi kami banyak waktu untuk berbelanja dan melakukan barter," tambah Wang.
Bahkan di ruang tunggu stasiun Bolin, Wang tidak akan melewatkan kesempatannya untuk melakukan tawar-menawar dengan penduduk desa yang menjajakan sayuran segar.
Dia dan teman-temannya membeli semua daun mallow China yang dimuat di keranjang bambu besar dari penjual lokal.
Penjual dari Desa Shisunshan, Distrik Yongchuan, Chongqing, hendak naik kereta untuk menuju ke daerah perkotaan Yongchuan, tempat dia bisa menjual semua 25 kilogram kentangnya.
Sekitar pukul 14.30 pada 27 Januari, kereta yang menuju pusat kota Chongqing tiba di stasiun Bolin.
Wang dan teman-temannya naik kereta, bersama dengan keranjang penuh bungkusan hasil bumi. Seiring dengan kereta perlahan lenyap ditelan kabut gunung, mereka tahu babak "perburuan" lainnya akan segera dimulai, kali ini dilakukan di dalam kereta.
Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022