harga tetap normal, kalaupun ada kenaikan atau penurunan barang, murni karena memang hukum pasar bukan dampak erupsi Lokon...

Manado (ANTARA News) - Transaksi perdagangan di Pasar Kota Tomohon, Sulawesi Utara tetap ramai tidak terganggu dampak erupsi Gunung Lokon yang menyebabkan ribuan warga kota tersebut mengungsi.

"Sampai saat ini kondisi perdagangan berlangsung cukup ramai jumlah pedagang yang bertransaksi berkisar 800 hingga 1000 orang setiap hari dan jumlah pengunjung ribuan orang," kata Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Pasar Tomohon, Miky JL Wenur di Tomohon, Minggu.

Miky mengatakan, pedagang yang melakukan transaksi setiap hari, pedagang tetap yang tercatat dalam pendataan PD Pasar, sekitar 800 orang, mereka rutin melakukan transaksi perdagangan setiap hari.

Sementara 200 orang lainnya, kata Miky tergolong pedagang musiman, karena hanya dalam waktu-waktu tertentu saja mereka datang berjualan berbagai kebutuhan pokok masyarakat.

Kondisi perdagangan yang tetap normal tersebut, kata Miky, didukung pula harga berbagai bahan kebutuhan pokok masyarakat yang relatif stabil, tidak terjadi gejolak berarti yang merupakan dampak langsung letusan Lokon.

"Harga jual berbagai jenis sayuran, komoditas yang selama ini menjadi andalan Pasar Tomohon, bergejolak berarti, harga tetap normal, kalaupun ada kenaikan atau penurunan barang, murni karena memang hukum pasar bukan dampak erupsi Lokon," kata Miky.

Nontje, salah satu pedagang di pasar terbesar di kawasan Minahasa tersebut, mengatakan ketika gunung kedua tertinggi di Sulut tersebut meletus pertama kali pekan lalu, sempat mengkhawatirkan debu vulkanik menghantam Pasar Tomohon, mengingat jaraknya hanya sekitar 10 kilometer dari kawah Lokon.

"Pertama kali memang takut, tetapi kemudian tetap melanjutkan berdagang di pasar tersebut setelah ada penjelasan dari Badan Meteorologi dan Mitigasi Bencana Geologi bahwa arah semburan mengarah ke barat dan barat daya, dan tidak membahayakan lokasi pasar tersebut,"kata Nontje. (ANT)


Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011