Bisa memakan waktu 12 bulan jika terjalin kemitraan dengan sebuah perusahaan yang vaksin buatannya sudah disetujui
Jenewa (ANTARA) - Vaksin COVID-19 berbasis mRNA yang diproduksi di pusat vaksin yang didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Afrika Selatan bisa memakan waktu sampai tiga tahun untuk mendapatkan izin, apabila para produsen tidak berbagi data dan teknologi mereka.
Hal itu disampaikan oleh pejabat WHO pada Jumat (4/2).
Pusat transfer teknologi itu dibangun pada Juni untuk memberitahu negara-negara miskin tentang cara pembuatan vaksin COVID-19. Pemimpin pasar vaksin COVID-19 mRNA, Pfizer, BioNTech dan Moderna, menolak permintaan WHO untuk berbagi keahlian dan teknologi mereka.
Koordinator Inisiatif WHO untuk Riset Vaksin Martin Friede menyebutkan apabila para produsen yang vaksin COVID-19 dan data uji klinis terakhirnya telah disetujui itu berbagi teknologi dan data dengan konsorsium, vaksin yang diproduksi di Afrika Selatan dapat disetujui dalam 12-18 bulan.
Baca juga: Afsel akan sumbangkan 2 juta vaksin COVID-19 ke negara Afrika
".. Bisa memakan waktu 12 bulan jika terjalin kemitraan dengan sebuah perusahaan yang vaksin buatannya sudah disetujui. Jika tidak, kemungkinan bisa 24-36 bulan, tergantung pada proses persetujuan apa."
Pada Kamis salah satu partisipan konsorsium Afrigen Biologics Afrika Selatan mengatakan telah menggunakan pengurutan vaksin mRNA Moderna yang tersedia secara umum untuk membuat vaksin versinya sendiri.
WHO sudah berupaya membujuk Moderna dan Pfizer-BioNTech agar bergabung dengan pusat transfer teknologi Afrika itu.
Menurut Friede, vaksin akan memasuki uji klinis pertama pada kuartal keempat tahun ini.
"Sekarang mempunyai tantangan untuk meningkatkan ini. Dan tentunya kami akan menemui sejumlah tantangan."
Sumber: Reuters
Baca juga: Afrika Selatan segera luncurkan 'booster' COVID-19
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022