Sekarang mushalla sudah dirasakan terintegrasi dan menjadi sebuah keharusan bagi pelangggan. Menyediakan musholla 'keren' di mall sama sekali bukan pemborosan tetapi keharusan,

Jakarta (ANTARA News) - Keberadaan mushalla yang ideal di pusat perbelanjaan di Jakarta belum serius ditangani oleh pengelola untuk menyediakan fasilitas yang memadai bagi masyarakat.

"Saya melihat masih banyak fasilitas umum khususnya akses ke mushalla saja jauh serta sulit ditemukan dan harus ekstra bertanya kepada petugas keamanan untuk menemukannya," ujar Direktur Etnomark Consulting, Amalia E. Maulana dalam siaran persnya di Jakarta, Sabtu.

Sekalinya ada mushalla, katanya, lokasi di area parkir yang panas serta pengap, tempatnya sempit dan tidak terdapat penitipan sepatu dan tempat wudhu khusus, hal ini memperlihatkan ketidakseriusan fasilitas umum premium untuk menyediakan fasilitas yang memadai

Lanjutnya, masih banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan mushalla "keren" di tiap pusat perbelanjaan.

"Masih banyak aspek yang harus dibenahi seperti kebersihan mukena dan sarung dalam kondisi yang kurang diperhatikan. Sekarang mushalla sudah dirasakan terintegrasi dan menjadi sebuah keharusan bagi pelangggan. Menyediakan musholla 'keren' di mall sama sekali bukan pemborosan tetapi keharusan," kata Amalia.

Menurut Amalia, mushola 'keren' atau ideal di pusat perbelanjaan berdasarkan penelitian Etnomark Consulting adalah adanya pemisahan tempat sholat antara pria dan wanita.

Tempat wudhu yang bersih dan terpisah, sirkulasi udara yang baik, petunjuk arah yang benar, keluasan mushalla, adanya peminjaman alat ibadah seperti mukena, dan terintegrasi dengan gedung.

Sementara itu, peneliti Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSKI) Universitas Paramadina, Syafiq Basri Assegaff menilai keberadaan pusat perbelanjaan dan fasilitas umum menjadi tanda modernisasi di berbagai kota, namun masih mengabaikan keberadaan mushalla.

"Berbagai pusat perbelanjaan seperti mall dan fasilitas umum lainnya menjadi penanda modernisasi yang makin marak di berbagai kota, namun disayangkan fasilitas modern itu mengabaikan mushalla sehingga terkesan bahwa pengelola menganggap sarana ibadah itu urusan akhirat semata, kuno dan tidak modern," ungkapnya.

Syafiq melanjutkan, bagi penyedia fasilitas umum disarankan untuk tidak menganggap penyediaan mushalla sebagai beban, melainkan sebuah tanggung jawab sosial.

"Bagi penyedia fasilitas umum, sangat disarankan untuk tidak menganggap penyediaan mushalla sebagai beban, melainkan sebuah social responsibility, terlepas apakah pengelolanya beragama Islam atau tidak," katanya.

Senada dengan Syafiq, CEO Senayan City, Handaka mengatakan fasilitas mushalla sangat dibutuhkan di pusat perbelanjaan demi memenuhi kebutuhan konsumen.

"Semua fasilitas diadakan di mall dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Jadi mushalla pun sangat dibutuhkan karena lebih dari 30 persen pelanggan kami muslim," katanya.

Senayan City menjadi salah satu pusat perbelanjaan terbaik di Jakarta dengan keberadaan mushola yang bersih dan terawat berdasarkan studi yang dilakukan oleh Etnomark Consulting selama tiga bulan.

Etnomark Consulting merupakan perusahaan konsultan dengan pendekatan `Ethnography Marketing Solution` yang didirikan tahun 2009 di Jakarta.
(UMH)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011