Selain membuat tubuh memproduksi darah-darah baru, pendonor juga akan merasa lebih bugar dan sehat karena secara tidak langsung darah pada tubuh kembali steril.
Dumai (ANTARA News) - Mendonorkan darah secara rutin atau setahun tiga kali dalam jangka waktu empat tahun berturut-turut dikabarkan bisa mengurangi resiko tekanan darah tinggi atau hipertensi hingga lima sampai 15 persen.

Kepala Unit Tranfusi Darah Cabang (UTDC) Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Dumai, Provinsi Riau, dr Hafiz, kepada ANTARA News, di Dumai, Jumat, mengatakan, hipertensi merupakan penyakit yang harus segera dicegah dengan cepat karena selain hipertensi, dampaknya juga dapat memberikan risiko datangnya penyakit mematikan seperti stroke dan serangan jantung.

"Salah satu agar kita terhindar dari hipertensi, maka baiknya dilakukan pengurangan darah dalam tubuh dengan cara mendonorkannya ke PMI. Upaya ini telah terbukti mengurangi resiko hipertensi lima hingga 15 persen," ujarnya.

Menurut Hafiz, sejauh ini hipertensi telah menyerang lebih banyak manusia khususnya kalangan dewasa, setiap tahunnya dikabarkan juga cenderung mengalami peningkatan cukup signifikan.

"Untuk menngurangi angka penderita hipertensi, kita berinisiatif mensosialisasikan manfaat donor darah bagi tubuh manusia, salah satunya yakni mengurangi resiko hipertensi," katanya.

Dalam sosialisasi ini, kata dia, PMI Dumai juga mengajak masyarakat untuk mendonorkan darahnya tidak hanya karena unsur sosial, namun juga kepedulian diri terhadap resiko berbagai penyakit yang dapat berdampak pada kematian.

"Alhamdulillah, upaya ini dapat diterima kalangan masyarakat sehingga banyak dari mereka sadar dan menyumbangkan darah ke PMI," ujarnya.

Menurut Hafiz, begitu banyak manfaat positif yang akan dirasakan bagi para pendonor, dimana setiap tetes darah yang disumbangkan tidak hanya memberikan kesempatan hidup bagi yang menerima, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan bagi pendonornya.

"Selain membuat tubuh memproduksi darah-darah baru, pendonor juga akan merasa lebih bugar dan sehat karena secara tidak langsung darah pada tubuh kembali steril," demikian dr Hafiz.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011