Jakarta (ANTARA News) - Kemenangan mutlak kelompok garis keras Hamas dalam pemilihan umum di Palestina merupakan bukti kecintaan rakyat Palestina pada kelompok itu yang selalu mendapat tekanan dari Israel dan Amerika Serikat. Demikian dikemukakan pengamat politik luar negeri Rizal Sihbudi kepada ANTARA di Jakarta, Jumat pagi. "Tekanan dan kungkungan Israel selama ini ternyata membangkitkan kecintaan mayoritas rakyat Palestina kepada Hamas dan memilihnya dalam pemilihan umum dua hari lalu," katanya. Selain itu, kemenangan Hamas, lanjut Rizal, bisa terjadi karena selama ini aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti membangun sejumlah gedung sekolah dan rumah sakit. "Aktifitas sosial yang dilakukan Hamas itu juga menimbulkan simpati dari rakyat Palestina," tambah staf pengajar FISIP Universitas Indonesia itu. Oleh sebab itu, menurut Rizal, bukanlah sesuatu yang mengherankan kemenangan mutlak yang dicapai Hamas dalam pemilihan umum di Palestina, meskipun dalam jajak pendapat yang dilakukan partai tersebut sama sekali tidak diunggulkan. Kemenangan Hamas itu pula tidak lain dari buruknya citra Fatah, partai yang berkuasa di Palestina, akibat keterlibatan para kadernya dalam tindak pidana korupsi. Rizal berpendapat dengan kemenangan ini seharusnya Amerika Serikat dan Israel menghormati hasil pemilihan umum di Palestina dengan mengurangi berbagai tekanan, seperti yang dilakukan selama ini kepada rakyat Palestina. "Kalau Amerika Serikat selama ini selalu mempromosikan demokratisasi di Timur Tengah, maka harus menghormati kemenangan Hamas karena pemilihan umum di Palestina sudah berjalan secara demokratis," ujarnya. Tak yakin Namun demikian, Rizal tidak yakin Amerika Serikat dan Israel bersikap fair dan ikhlas atau legowo dengan kemenangan Hamas yang di luar dugaan itu. Dalam pemilihan umum di Palestina, Hamas merebut 76 dari 132 kursi, sementara partai berkuasa Fatah memperoleh 43 kursi, seperti pengumuman Ketua Komisi Pemilihan Umum Pusat, Hanna Nasser, Kamis (26/1). Nasser mengatakan partai Perubahan dan Reformasi Hamas menang 30 kursi di tingkat nasional dan 46 kursi lagi di wilayah-wilayah pemilihan mereka. Separuh dari kursi parlemen dipilih di tingkat wilayah pemilihan, sementara sisanya yang 66 untuk partai-partai yang bersaing. Fatah memperoleh 27 kursi di tingkat nasional dan hanya 16 kursi di tingkat wilayah pemilihan. Partai berhaluan kiri Front Rakyat bagi Pembebasan Palestina (PFLP) memperoleh tiga kursi, sementara partai kiri lain, Al-Badil, dua kursi. Partai Palestina Independen, yang dipimpin oleh calon dalam pemilihan presiden, Mustapha Barghuti, memperoleh dua kursi. Dua kursi direbut oleh koalisi independen Jalan Ketiga yang calon-calon utamanya adalah Menteri Keuangan Salam Fayad dan mantan perunding utama perdamaian Palestina, Hanan Ashrawi. Empat calon independen lain menang di daerah-daerah pemilihan, kata Nasser. Di antara tokoh-tokoh tingkat tinggi Fatah yang kalah adalah Jibril Rajub, penasihat keamanan nasional Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dan mantan Menteri Penerangan Nabil Amr. Fatah sudah mengakui kekalahan mereka dari Hamas, dan Perdana Menteri Ahmed Qorei mengajukan pengunduran dirinya kepada Abbas setelah kekalahan tersebut. Para pendukung Hamas merayakan kemenangan itu dengan memadati jalan-jalan, antara lain di kamp pengungsi Jabaliya, Jalur Gaza bagian utara. (*)
Copyright © ANTARA 2006