Roma (ANTARA News) - Badan Pangan Dunia (WFP) akan memulai pengangkutan bantuan udara ke Mogadishu "dalam beberapa hari ini", kata direktur organisasi PBB itu, Kamis, setelah badan dunia tersebut secara resmi mengumumkan kelaparan di dua wilayah Somalia selatan.
Dalam pernyataan selama kunjungan ke ibu kota Somalia tersebut, Josette Sheeran mengatakan, WFP juga sedang mengkaji cara-cara mengirim bantuan ke daerah terlanda kekeringan yang dikuasai gerilyawan Al-Shabaab "secepat mungkin".
"WFP akan memulai pengangkutan bantuan udara dalam beberapa ini ke Mogadishu untuk makanan bergizi khusus bagi anak-anak kekurangan gizi yang sangat membutuhkannya," kata Sheeran dalam sebuah pernyataan dari kantor pusat WFP di Roma, lapor AFP.
"WFP menyambut baik pernyataan mereka yang menguasai daerah-daerah di Somalia selatan bahwa bantuan kemanusiaan akan diizinkan," katanya.
"Kami mengkaji cara-cara untuk mengirim masuk bantuan penyelamat nyawa secepat mungkin bagi mereka yang berada di pusat kelaparan di wilayah selatan," katanya.
WFP menarik diri dari Somalia selatan tahun lalu setelah ancaman terhadap staf mereka dan aturan semakin keras yang diberlakukan terhadap aktivitas mereka oleh Al-Shabaab, namun mereka tetap beroperasi di daerah-daerah lain Somalia.
Sheeran mengatakan, WFP kini menjangkau 1,5 juta orang di Somalia dan meningkatkan operasi untuk menolong 2,2 juta orang lagi di wilayah selatan negara itu.
Bulan ini, Al-Shabaab mengumumkan, mereka mengizinkan organisasi-organisasi kemanusiaan memberikan bantuan di wilayah yang mereka kuasai.
Namun, kelompok yang terkait dengan Al-Qaida itu memperingatkan, bantuan harus diberikan hanya atas dasar kemanusiaan dan nilai-nilai keagamaan rakyat Somalia sebagai muslim harus dihormati dan dijaga.
Badan Anak PBB (UNICEF) berhasil mengirim dengan pesawat lima ton metrik bantuan pangan dan obat bagi anak-anak yang kekurangan gizi ke Baidoa yang dikuasai Al-Shabaab pekan lalu.
Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.
Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.
Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.
Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.
Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.
Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan.
Pemimpin Al-Shabaab telah memperingatkan dalam pesan terekam pada Juli bahwa Uganda akan menghadapi pembalasan karena peranannya dalam membantu pemerintah sementara Somalia yang didukung Barat.
Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras di negara Tanduk Afrika tersebut.
Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.
Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.
Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.
Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011