di Aceh belum pernah ada konflik beragamaBanda Aceh (ANTARA) - Ketua Yayasan Hakka Aceh Kho Khie Siong alias Aky menyatakan bahwa mayoritas warga Tionghoa di Aceh merasa senang dan nyaman dengan penerapan syariat Islam yang berlaku di tanah rencong.
"Masyarakat (Tionghoa) di Aceh lebih senang dengan hukum cambuk, karena dianggap lebih simpel, tidak perlu menjalani hukuman penjara, apalagi yang berbisnis," kata Aky, di Banda Aceh, Kamis.
Hal itu disampaikan Aky dalam kesempatan podcast bersama Perum LKBN Antara Biro Aceh dalam rangka perayaan imlek tahun ini, di Banda Aceh.
Aky menyampaikan, kehidupan masyarakat Aceh dengan warga Tionghoa selalu terbuka, dan pihaknya dari Yayasan Hakka juga terus memberi ruang komunikasi, sehingga tidak ada batasan satu sama lain.
"Kami juga bisa bermanfaat kepada saudara kita di Aceh, bisa berteman, berinteraksi dengan semua, tidak ada batasan satu sama lain," ujarnya.
Baca juga: Perayaan Imlek di Aceh berlangsung tertib dan penuh toleransi
Baca juga: Etnis Tionghoa bantu paket Ramadhan untuk 2.140 kaum dhuafa di Aceh
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di tengah penerapan syariat Islam, kata Aky, mereka tidak mendapatkan kendala khusus, malah sebaliknya merasakan toleransi yang cukup tinggi dari masyarakat Aceh.
"Kita angkat jempol kepada masyarakat Aceh dalam kerukunan hidup umat beragama ini. Seumur hidup saya di Aceh belum pernah ada konflik beragama yang terjadi. Tapi kalaupun ada itu terkadang diprovokasi," katanya.
Aky menuturkan, Yayasan Hakka Aceh atau secara umum warga Tionghoa terus melakukan gerakan untuk mengurangi atau mencegah upaya provokasi terhadap hal-hal yang bersifat negatif.
Selain itu, lanjut Aky, dalam melaksanakan ibadah mereka juga merasakan kenyamanan, dan tidak ada gangguan, malah mendapatkan dukungan yang baik, termasuk perayaan budaya di tempat ibadah.
"Bahkan perayaan kita juga banyak dikunjungi Muslim, mereka ingin tahu juga bagaimana Tionghoa ini melakukan syukuran seperti perayaan Imlek ini," ujarnya.
Tak hanya itu, Aky juga menyampaikan, selama pandemi COVID-19 pihaknya juga telah banyak melaksanakan kegiatan sosial kemasyarakatan seperti membagikan bantuan alat pelindung diri (APD), bantuan beras, hingga paket sembako saat Ramadhan, warung makanan murah hingga membagikan sembako.
Aky menambahkan, perayaan imlek tahun harimau air ini tidak dilaksanakan megah seperti sebelumnya ada penampilan barongsai, karena masih dalam kondisi pandemi COVID-19.
"Kalau kita buat barongsai akan membuat kerumunan. Tapi dengan berkurangnya itu lebih punya waktu untuk bersilaturahmi dengan keluarga," demikian Aky.
Baca juga: Bicara kerukunan beragama, staf Kemenag Aceh diundang ke Papua Barat
Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari di tengah penerapan syariat Islam, kata Aky, mereka tidak mendapatkan kendala khusus, malah sebaliknya merasakan toleransi yang cukup tinggi dari masyarakat Aceh.
"Kita angkat jempol kepada masyarakat Aceh dalam kerukunan hidup umat beragama ini. Seumur hidup saya di Aceh belum pernah ada konflik beragama yang terjadi. Tapi kalaupun ada itu terkadang diprovokasi," katanya.
Aky menuturkan, Yayasan Hakka Aceh atau secara umum warga Tionghoa terus melakukan gerakan untuk mengurangi atau mencegah upaya provokasi terhadap hal-hal yang bersifat negatif.
Selain itu, lanjut Aky, dalam melaksanakan ibadah mereka juga merasakan kenyamanan, dan tidak ada gangguan, malah mendapatkan dukungan yang baik, termasuk perayaan budaya di tempat ibadah.
"Bahkan perayaan kita juga banyak dikunjungi Muslim, mereka ingin tahu juga bagaimana Tionghoa ini melakukan syukuran seperti perayaan Imlek ini," ujarnya.
Tak hanya itu, Aky juga menyampaikan, selama pandemi COVID-19 pihaknya juga telah banyak melaksanakan kegiatan sosial kemasyarakatan seperti membagikan bantuan alat pelindung diri (APD), bantuan beras, hingga paket sembako saat Ramadhan, warung makanan murah hingga membagikan sembako.
Aky menambahkan, perayaan imlek tahun harimau air ini tidak dilaksanakan megah seperti sebelumnya ada penampilan barongsai, karena masih dalam kondisi pandemi COVID-19.
"Kalau kita buat barongsai akan membuat kerumunan. Tapi dengan berkurangnya itu lebih punya waktu untuk bersilaturahmi dengan keluarga," demikian Aky.
Baca juga: Bicara kerukunan beragama, staf Kemenag Aceh diundang ke Papua Barat
Baca juga: Toleransi umat beragama di Aceh Singkil terjaga baik, sebut FKUB
Baca juga: FKUB: kerukunan umat beragama di Aceh terlaksana baik
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022