Abidjan (ANTARA News) - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera memindahkan sekitar 100 stafnya dari Pantai Gading, kata seorang pejabat badan dunia itu pasca-kerusuhan di wilayah tersebut.
Ratusan demonstran pro-pemerintah selama empat hari membuat kerusuhan ke jalanan kota perdagangan Abidjan dan kota pedalaman lainnya pekan lalu, serta melemparkan batu dan bom minyak di kantor PBB serta memaksa beberapa staf organisasi tersebut untuk menghentikan operasi.
Empat pemuda ditembak mati oleh tentara PBB, ketika para pemrotes itu masuk mendadak ke markas mereka di Guiglo untuk berusaha merebut senjata dan kendaraan. Ratusan tentara penjaga perdamaian kemudian mengosongkan Guiglo dan tiga masrkas lainnya di wilayah barat dekat Liberia itu.
"Menyusul serangan pada instalasi kami di barat itu, diputuskan untuk mengevakuasi sejumlah dari staf sipil ke Gambia," kata seorang pejabat PBB.
Ia menimpali, "Para staf itu traumatik. Mereka membutuhkan langkah mundur untuk menguatkan diri kembali. Ini adalah langkah sementara."
Badan dunia itu memiliki hampir 7.000 tentara penjaga perdamaian di Pantai Gading, dan juga ratusan staf sipil.
Program Pangan Dunia PBB (UNFPA), yang telah membantu memberi makan 13.000 pengungsi dari Burkina Faso dan Liberia di Guiglo, telah menarik stafnya dari tempat itu setelah kantornya dijarah dan 683 ton bantuan makan dirampok dari gudang-gudangnya.
Badan pengungsi PBB (UNHCR) juga menarik staf dari kota itu, tempat milisi pemerintah bersenjata memegang banyak kekuasaan.
Para perusuh pro-pemerintah yang dipanggil ke jalan oleh radio setempat telah membakar kantor UNHCR setempat dan menghancurkan mobil dan peralatan badan itu dalam kerusuhan pekan lalu.
Protes anti-PBB itu mulai di bagian selatan negara itu yang dikuasai pemerintah setelah para penengah asing mengawasi pelaksanaan rencana damai PBB yang menasehati menentang diperbaruinya mandat parlemen yang sudah habis masa berlakunya. Para pemrotes mengecam itu sebagai campung tangan asing dalam urusan Pantai Gadingg.
Pantai Gading terbagi menjadi dua sejak perang saudara 2002 yang meninggalkan kudeta yabg gagal. Ribuan orang tewas dalam pertempuran itu dan lebih dari 1 juta diambil dari rumah mereka. Kelompok pemberontak menguasai bagian utara negara itu. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006