Kabul (ANTARA News) - Gerilyawan yang diduga sebagai Taliban menyerang sebuah pos militer di Afghanistan tenggara, sehingga menewaskan dua prajurit setempat, sementara itu sebuah bom menghancurkan truk yang memasok bahan bakar untuk pasukan yang dipimpin Amerika Serikat (AS). Pos militer itu diserang Selasa larut malam di Provinsi Paktika yang dilanda kekacauan, kata sejumlah pejabat militer, Kamis (26/1) waktu setempat. Militer menuduh "musuh-musuh Afghanistan", sebuah istilah yang biasa digunakan untuk gerilyawan dari rejim Taliban yang digulingkan empat tahun lalu, bertanggung jawab atas serangan itu. "Dua prajurit menjadi syuhada dan dua lagi cedera. Kami tidak memiliki keterangan mengenai korban di pihak musuh," kata Jendral Akram Sami, panglima korps tenggara angkatan darat. Di provinsi bergolak Kandahar, Afghanistan selatan, yang merupakan pusat penyerangan yang dituduhkan pada Taliban, sebuah bom yang diikatkan pada truk yang memasok bahan bakar untuk pasukan koalisi yang dipimpin AS meledakkan kendaraan tersebut di daerah dekat ibukota provinsi itu Rabu, kata seorang jurubicara kementerian pertahanan. Tidak ada korban dalam serangan itu. Sebuah bom lain ditemukan dan dijinakkan di sebuah truk bahan bakar kedua di luar kota Kandahar, kata Jendral Mohammad Zahir Azimi. "Pemilik kedua tanker itu telah ditangkap dan diserahkan ke polisi," katanya. Dalam insiden lain Rabu, enam mortir ditembakkan ke sebuah pangkalan Afghanistan di provinsi berdekatan Uruzgan namun tidak menjatuhkan korban, kata Azimi. Pasukan keamanan di provinsi Herat, Afghanistan barat, yang biasanya tenang, menemukan dan menjinakkan 10 roket yang akan ditembakkan ke bandara utama provinsi itu pada hari yang sama, katanya. Sekitar 50 kilogram peledak, termasuk roket, juga ditemukan Rabu di kota Mazar-i-Sharif, Afghanistan utara, dan tampaknya akan digunakan untuk menyerang sebuah pangkalan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) yang dipimpin NATO, kata seorang pejabat. Di Kandahar, empat orang Pakistan ditangkap Rabu di sebuah pos pemeriksaan militer karena tidak bisa menunjukkan surat-surat perjalanan mereka dan diserahkan ke polisi, kata kementerian pertahanan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006