Beograd (ANTARA News/AFP) - Serbia pada Rabu menangkap Goran Hadzic, mantan pemimpin pemberontak Serbia Kroasia dan buron terakhir pengadilan kejahatan perang PBB di Den Haag, dengan tuduhan pembantaian.

Hadzic (52 tahun) menghadapi 14 tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang atas pembunuhan ratusan penduduk serta pengusiran puluhan ribu warga Kroasia oleh pasukan di bawah perintahnya dalam perang Kroasia 1991-1995.

Eropa Bersatu menyatakan penangkapan itu langkah maju penting dalam upaya Serbia menjadi anggota Eropa Bersatu, sementara Presiden Serbia Boris Tadic mengatakan itu bab sulit terakhir dalam urusan Beograd dengan pengadilan Den Haag tersebut.

"Pada pagi ini, pukul 08.24 (13.24 WIB), Goran Hadzic ditangkap. Dengan ini, Serbia mengakhiri bab paling sulit dalam kerja samanya dengan pengadilan itu," kata Tadic dalam jumpa pers mengumumkan penangkapan tersebut.

Dalam hitungan jam, si pucat Hadzic dibawa ke mahkamah kejahatan perang Serbia di Beograd, telah memutuskan ia bisa dikirim ke Den Haag.

Pengacaranya, Toma Fila, menyatakan ia mengajukan takkan mengajukan banding dan bahwa Hadzic dapat diserahkan dalam beberapa hari mendatang.

"Keputusan tentang dakwaan dan syarat penyerahannya ke Den Haag sudah diambil," kata Fila.

Perintah terakhir penyerahannya harus ditandatangani menteri kehakiman Serbia sebelum Hadzic naik pesawat.

Penangkapan itu terjadi kurang dari dua bulan setelah pemerintah Serbia pada akhirnya menangkap panglima perang Serbia Bosnia Ratko Mladic, buron paling dicari mahkamah Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut.

Hadzic, yang bersembunyi sejak didakwa pada 2004, tampak kuyu dan berat dalam penampilan singkatnya di pengadilan Beograd pada Rabu dan sedikit mirip dengan pria berjanggut gelap dalam poster pencariannya.

Ia dicari untuk pembantaian oleh tentara Serbia Kroasia di bawah perintahnya atas 250 warga Kroasia dan orang bukan Serbia lain, yang diseret dari rumah sakit Vukovar sesudah kota itu jatuh ke tangan pasukan Serbia setelah pengepungan tiga bulan pada November 1991.

Jaksa Mahkamah Kejahatan Antarbangsa bagi bekas Yugoslavia (ICTY), yang bermarkas di Den Haag, Serge Brammertz, menyebut penangkapan itu tonggak penting dalam sejarah pengadilan tersebut.

Pengepungan Vukovar dan pembantaian sesudahnya adalah salah satu bab paling gelap dari perang di bekas Yugoslavia itu.

Dalam jumpa persnya, Tadic menolak bahwa kaki Serbia diseret untuk mencari penjahat perang.

"Sangat sulit bagi kami menyelidiki orang seperti itu. Saya sekali lagi memastikan bahwa kami lakukan segalanya yang mungkin," kata presiden tersebut.

Vladimir Vukcevic, ketua jaksa kejahatan perang Serbia, menyatakan terobosan dalam perburuan Hadzic terjadi saat ia mencoba untuk menjual lukisan pelukis Italia Amedeo Modigliani.

"Pada saatt itu, ia sama sekali tak punya uang. Mungkin, ia mendapat lukisan tersebut dalam perang di Kroasia," kata Vukcevic.

Lukisan itu ditemukan pada Desember tahun lalu di rumah tersangka pembantu Hadzic dan disita polisi Serbia.

Tadic ditangkap di wilayah indah pegunungan wilayah Fruska Gora di dekat kota Novi Sad, Serbia utara.

Ia tidak bersenjata ketika ditangkap, kata Jaksa.

Penangkapan itu akan meningkatkan niat Serbia bergabung dengan Eropa Bersatu, kata pihak Eropa tersebut.

"Ini langkah penting lebih lanjut Serbia dalam mewujudkan wawasan Eropa-nya dan juga penting bagi keadilan antarbangsa," kata presiden Eropa Bersatu Herman Van Rompuy dan kepala Komisi Eropa Jose Manuel Barroso dalam pernyataan bersama.

Kepala NATO Anders Fogh Rasmussen, yang kelompoknya melaksanakan pemboman udara pada 1995 untuk menghentikan perang itu, menyatakan penangkapan tersebut memungkinkan bab paling menyakitkan terahir dalam sejarah baru Eropa ditutup.

Perdana Menteri Kroasia Jadranka Kosor menyatakan penangkapan itu adalah berita baik bagi kemanusiaan, dunia dan di atas segalanya, Kroasia, tapi menyesalkan terjadi terlalu terlambat untuk banyak keluarga korbannya di Vukovar.

Hadzic, bekas pekerja gudang pertanian, menjadi terkenal sebagai presiden Republik Krajina Serbia (RSK), yang diproklamasikannya di Kroasia antara 1992-1993.

Ia terpilih untuk jabatan itu dengan dukungan Presiden Serbia Slobodan Milosevic dan dinilai sebagai penurut, yang memegang sedikit kekuasaan sesungguhnya jika dibandingkan dengan pemimpin lain perang Serbia.

Milosevic meninggal pada Maret 2006 di selnya di Den Haag, tempat ia diadili untuk kejahatan perang dan tuduhan lain berkaitan dengan perang Balkan 1991-1995.

"Penangkapan Goran Hadzic adalah berita besar bagi Vukovar," kata walikota Vukovar Kroasia Zeljko Sabo kepada terbitan maya harian Vukovar "Vecernji List".

"Pengadilannya menjelaskan nasib yang hilang," tambahnya.

Tadic dalam jumpa persnya bersikukuh bahwa Hadzic tidak ditangkap karena tekanan Eropa Bersatu, tapi oleh keinginan Pemerintah memberi iuran dalam rujuk Balkan.

"Kami secara khusus dipandu alasan moral, kewajiban hukum dan pengetahuan bahwa ini adalah satu-satunya syarat untuk rujuk di antara rakyat dari bekas Yugoslavia," katanya.(*)

(B002/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011