Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin) meminta aparat kepolisian dan dinas terkait untuk mengusut temuan sampah alat tes antigen di Selat Bali.
"Saya minta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus itu. Itu sangat bahaya, bukan hanya bagi manusia, melainkan juga ikan-ikan dan terumbu karang," ujar Gus Muhaimin dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan temuan ribuan sampah alat tes antigen di sepanjang pantai Selat Bali itu, ia pun menduga pembuangan tersebut sengaja dibuang oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
"Sepintas saya lihat, itu kayaknya disengaja dibuang ke laut,” kata Gus Muhaimin.
Baca juga: WHO: Puluhan ton limbah medis COVID mengancam kesehatan
Baca juga: Sumbar bisa olah sendiri limbah B3 medis COVID-19 varian Omicron
Selanjutnya, Ketua Umum PKB ini mendorong Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan dinas-dinas kesehatan di berbagai daerah untuk menindak tegas pemberi fasilitas layanan kesehatan yang terbukti membuang sampah alat tes antigen sembarangan.
Penindakan itu, ujar Gus Muhaimin, dapat ditempuh melalui penangguhan atau pencabutan izin operasional fasilitas layanan kesehatan yang terbukti terlibat dalam kasus tersebut.
Menurutnya, pembuangan sampah alat tes antigen secara sembarang tidak kalah berbahaya dengan COVID-19. Oleh karena itu, diperlukan langkah pencegahan dan penindakan tegas dari aparat kepolisian serta pihak-pihak terkait terhadap oknum yang sengaja membuang sampah tersebut.
“Bahaya sampah alat tes antigen tidak kalah dengan bahaya COVID-19. Jadi, jangan main-main, apalagi sembarangan membuangnya ke sembarang tempat. Saya tegaskan ini harus diusut. Cari siapa pelakunya dan tindak tegas,” imbau Gus Muhaimin.
Untuk diketahui, temuan sampah alat antigen bekas itu bermula dari viralnya dua video di media sosial beberapa hari terakhir.
Video pertama yang berdurasi 30 detik menunjukkan ribuan cotton buds tes antigen yang mengambang di Selat Bali. Lalu dalam video kedua, terlihat beberapa alat tes antigen dibuang dan dibakar di pinggir pantai.
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2022