Saya kira secara umum meskipun kecenderungan tekanan terhadap harga itu ada, tapi belum akan menjadi ancaman signifikan dan berpotensi membuat inflasi kita lebih tinggi dari target

Jakarta (ANTARA) - Rektor Unika Atma Jaya A. Prasetyantoko memperkirakan inflasi di 2022 tidak akan melampaui target pemerintah sebesar 3 persen plus minus 1 persen.

"Saya kira secara umum meskipun kecenderungan tekanan terhadap harga itu ada, tapi belum akan menjadi ancaman signifikan dan berpotensi membuat inflasi kita lebih tinggi dari target," kata Prasetyantoko dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Badan Anggaran DPR RI yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Adapun inflasi pada 2022 berpotensi didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditas seperti LPG nonsubsidi yang naik mulai Rp1.600 sampai Rp2.600 per kilogram sejak akhir tahun 2021.

Prasetyantoko juga mencatat rencana harga tiket KRL yang naik dari Rp3.000 menjadi Rp5.000 untuk 25 kilometer pertama per penumpang.

Baca juga: BPS catat inflasi Januari 2022 sebesar 0,56 persen

Pada 2022 harga rokok juga naik karena peningkatan Cukai Hasil Tembakau (CHT) yang sebesar rata-rata 12 persen. Begitu pula harga komoditas yang dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang naik dari 10 persen menjadi 12 persen.

"Kemudian terdapat kenaikan tarif dasar listrik golongan non subsidi setelah kuartal I 2022, dan harga beberapa komoditas yang belum turun misalnya minyak goreng," ucapnya.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Januari 2022 sebesar 0,56 persen, yang dipicu oleh kenaikan harga sejumlah bahan makanan.

"Kelompok makanan, minuman dan tembakau memberikan andil inflasi pada Januari sebesar 0,30 persen dengan inflasi mencapai 1,17 persen," kata Kepala BPS Margo Yuwono, kemarin.

Baca juga: BPS: Inflasi Januari terpengaruh masalah pasokan bahan makanan

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022