“Ide itu bagus dan ideal, tapi kalau arsitekturnya atau good governance-nya atau tata kelola global belum diperbaiki, ide ini akan seperti kita melihat bagaimana banyak sebetulnya lembaga global yang mengambil peran finansial support,” kata Dicky saat dihubungi melalui telepon oleh ANTARA di Jakarta, Kamis.
Berbicara mengenai isu dalam G20 yang berbicara mengenai Bank Dunia bagi aspek kesehatan, Dicky menuturkan implementasi dalam membangun sebuah lembaga baru dalam tatanan global akan sangat tidak mudah dan sulit.
Sebab, kata dia, terdapat sejumlah masalah, seperti pada pendanaan, untuk mendirikan lembaga tersebut, yang kemudian berdampak pada banyaknya dukungan dari sejumlah negara yang memiliki kekurangan dana, terutama untuk menanggulangi pandemi COVID-19 yang saat ini mewabah di seluruh dunia.
Di sisi lain pada tata kelolanya, menurut dia, pemerintah harus memikirkan kembali peran serta tanggung jawab dari orang-orang yang akan bekerja, sehingga lembaga tersebut dapat berjalan dengan optimal dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Sayangnya, persoalan itu kerap kali tak diperbaiki dan berakhir semrawut.
Sebagai contoh, katanya, terdapat banyak sekali organisasi-organisasi dunia yang menangani penyakit HIV/AIDS. Dicky menyebutkan terdapat banyak program sudah dijalankan, baik oleh UNAIDS, Badan Kesehatan Dunia (WHO) atau UNICEF. Namun, banyaknya bantuan di lapangan masih saling berbenturan, tidak bersinergi dan belum kuat.
“Sering terjadi di suatu negara, di suatu kawasan disuplai banyak bantuan finansial, tapi pada pelaksanaannya, itu jadi tidak efektif karena tumpang tindih dan tidak ada program yang membangun kapasitas. Uang sebanyak apapun, kalau sumber daya manusia tidak kompeten dan strateginya tidak tepat, seperti membuang garam di laut,” kata Dicky.
Dengan melihat tatanan global yang belum dibangun dengan baik, Dicky menyarankan pemerintah supaya tidak tergoda untuk membuat sebuah institusi baru hanya karena menganggap sebuah lembaga tidak berjalan dengan efektif dan memuaskan.
Menurutnya dibandingkan membuat sebuah lembaga baru dalam skala yang lebih besar, alangkah baiknya bila dunia memperbaiki permasalahan dalam arsitektur tatanan global itu dengan melibatkan sistem yang sudah ada saat ini.
Seperti merealisasikan bank kesehatan itu di dalam WHO yang sudah jelas berkecimpung dalam dunia kesehatan sedari lama, melalui pencarian solusi secara bersama-sama dengan negara-negara lainnya agar berbagai masalah dapat teratasi dengan baik.
“Jadi kalau saya lihat, ide ini bagus karena setidaknya sudah mengidentifikasi masalah. Sehingga kita bisa tempatkan ini di institusi WHO,” kata pria yang juga menjadi peneliti pandemi dan global health security itu.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022