Saham Australia tergelincir terseret sektor teknologi

Sydney (ANTARA) - Saham-saham Australia sedikit lebih rendah pada perdagangan sesi pagi Kamis, setelah dua sesi berturut-turut naik, tertekan oleh saham-saham teknologi, sementara raksasa perbankan Westpac melonjak setelah melaporkan laba kuartal pertama di atas perkiraan.

Indeks acuan S&P/ASX 200 di Bursa Efek Australia tergelincir 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 7.074,7 poin pada pukul 12.25 GMT, setelah melonjak 1,7 persen dalam dua sesi sebelumnya.

Saham sektor teknologi anjlok 5,3 persen, memperpanjang kerugian sepanjang tahun ini hingga lebih dari 20 persen, terbebani oleh saham Block Inc dan Xero Ltd yang tercatat di ASX. Saham Block terperosok 11,3 persen, mengikuti kerugian semalam di saham perusahaan yang tercatat di AS.

Sentimen Wall Street berubah suram dalam perdagangan pasca-pasar reguler. Meta Platforms Inc anjlok lebih dari 20 persen setelah pemilik Facebook itu gagal memenuhi estimasi perolehan labanya.

Sementara itu, Westpac Banking Corp terangkat 3,6 persen dan menuju sesi terbaiknya Sejak 30 September, setelah pemberi pinjaman itu mengalahkan perkiraan untuk laba kuartal pertama dan membuat kemajuan dalam pemotongan biaya-biaya.

Sektor keuangan naik 0,1 persen setelah turun sebanyak 1,0 persen di awal perdagangan.

Di antara saham turun lainnya, perusahaan game Aristocrat Leisure merosot sekitar 1,0 persen setelah tawarannya untuk membeli Playtech Plc Inggris gagal.

Saham perawatan kesehatan dan energi masing-masing turun 1,4 persen dan 0,7 persen.

Namun, saham pertambangan naik hampir 1,0 persen, diuntungkan oleh kenaikan harga tembaga dan emas, dengan saham kelas berat dalam indeks seperti Rio Tinto Ltd dan penambang global BHP Group Ltd masing-masing naik 1,8 persen dan 1,9 persen.

Indeks acuan S&P/NZX 50 Selandia Baru menguat 0,1 persen atau 10,6 poin, menjadi diperdagangkan di 12.300,24 poin.

Perdana Menteri negara itu, Jacinda Ardern, mengatakan akan ada pembukaan kembali secara bertahap perbatasannya, yang ditutup selama hampir dua tahun karena pandemi COVID-19.