Kabanjahe, Sumut (ANTARA News) - PT Pertamina menyiapkan dana investasi sampai Rp37 triliun untuk mencari ladang minyak baru guna mengantisipasi habisnya sumber minyak mentah yang tinggal 10 -15 tahun.

Vice President Corporate Comunication PT Pertamina, Mochammad Harun, di Simalem, Kabanjahe, Sumut, Selasa, mengatakan, saat ini Pertamina masih tetap mengimpor sebagian bahan bakar minyak dan gas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang belum bisa terpenuhi.

"Untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan dan sekaligus menekan impor harus ada eksplorasi. Karena itu, Pertamina terus mencari sumber minyak mentah baru. Tahun ini ada investasi sebesar Rp37 triliun," katanya pada Orientasi Wartawan Migas yang digelar Pertamina Region I yang diikuti 31 wartawan dari berbagai media.

Dari investasi itu, dana terbesar untuk bagian hulu.

Pertamina melakukan pencarian sumber minyak dari ladang minyak baru di sejumlah daerah dan termasuk mengakuisisi lapangan minyak yang ada sebelumnya tetapi telah habis kontraknya.

Menurut dia, pengutamaan investasi pada bagian hulu karena selain bisa menambah cadangan minyak lebih cepat juga dengan perhitungan bisa memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Pencarian ladang baru atau akuisisi disesuaikan dengan kemampuan Pertamina dalam melakukan pengolahannya.

Pada tahun lalu, volume minyak mentah yang berhasil dieksplorasi Pertamina sebanyak 50 juta barel, sementara tahun ini diperkirakan bisa mencapai 70 juta barel.

Dewasa ini, produksi minyak mentah yang dihasilkan sebesar 1,2 juta barel di tengah kebutuhan yang mencapai 3,5 juta barel per hari sehingga sisanya harus diimpor.

"Jadi kalau selama ini ada anggapan Indonesia kaya minyak, hal itu sudah tidak benar lagi. Harus dicari sumber-sumber baru atau uang untuk bisa mengimpor," kata Harun.

Sumber ladang minyak antara lain ada di Kalimantan dan Sumatera.

Di Sumatera misalnya ada di Aceh, persisnya di Pulau Weh dan di Sumut ada di kawasan Tapanuli seperti Sipirok.

Tetapi, katanya, memang butuh penelitian yang maksimal sehingga perlu dukungan dari pemerintah daerah.

Dewasa ini, pasokan minyak masih terfokus di daerah Dumai, Musi, Balongan Cilacap, Balik Papan dan Sorong, Papua.

Direktur Lembaga Advokasi Perlindungan Konsumen (LAPK), Farid Wajdi, mengatakan, pemerintah memang sudah seharusnya mengedukasi masyarakat dengan menyebutkan bahwa BBM itu bukan barang murah.

Dengan pemahaman masyarakat, peningkatan konsumsi BBM diharapkan tidak terlalu besar sehingga krisis minyak di dalam negeri bisa dihindari. (E016/A027/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011