Wuxi, China (ANTARA News) - Perusahaan asal China Wuxi Huadong Heavy Machinery Co. Ltd. menyatakan sedang mempertimbangkan untuk ikut menanamkan modalnya dalam proyek pengembangan pelabuhan Kali Baru mengingat prospek bisnis pelabuhan di kawasan Asia Tenggara yang saat ini sedang booming.

Dirut Wuxi Huadong Heavy Machinery Co. Ltd. (HDHM) Jeremy Weng menyatakan hal itu menjawab pertanyaan wartawan Indonesia usai pertemuan delegasi Pelindo II dan pihak HDHM di Wuxi, China, Selasa, mengenai rencana pengapalan tiga crane (alat angkut peti kemas) yang dibeli dari perusahaan tersebut ke sejumlah pelabuhan Indonesia.

"Kami tertarik untuk berbisnis di Indonesia, namun kami masih memerlukan rapat internal dulu. Tentu saja kami akan sangat banyak membutuhkan informasi mengenai hal itu, terutama mengenai jumlah investasi yang diperlukan," kata Jeremy Weng.

Sementara itu Sekretaris Perusahaan Pelindo II Rima Novianti mengatakan, pihaknya menginginkan hanya perusahaan-perusahaan yang memiliki kualifikasi atau terkait dengan bisnis kepelabuhan yang ikut berinvestasi dalam pembangunan proyek-proyek Terminal Kali Baru agar betul-betul mampu memberikan pelayanan berstandar internasional.

Usaha industri alat bongkar muat peti kemas di China sedang melakukan ekspansi ke luar daratan China, menyusul keberhasilannya menguasai pasar lokal. Mereka bahkan menargetkan pasar Asia, terutama Asia Tenggara, termasuk Indonesia dengan mengusung kualitas produksi yang berstandar Internasional.

Tekad berekspansi ke Indonesia semakin terlihat ketika perusahaan-perusahaan asal China memenangi tender pengadaan 45 peralatan angkut peti kemas baru (crane) berbagai jenis yang dibuka oleh Pelindo II di tahun 2010 senilai Rp796 miliar.

Kementerian Perhubungan sudah menegaskan bahwa tender pengembangan Terminal Kali Baru Utara di Pelabuhan Tanjung Priok, terus berlangsung dan mendorong tender lebih cepat agar proyek itu dapat dituntaskan pada pertengahan tahun 2013. Saat itu, diyakini Pelabuhan Tanjung Priok tak mampu melayani pertumbuhan peti kemas.

Optimalisasi terminal peti kemas di Tanjung Priok memang hanya menyumbang tambahan bagi 1,7 juta setara 20 kaki unit (twenty foot equivalent units/TEUs). Bila dipadukan dengan terminal eksisting, maka Tanjung Priok hanya mampu bertahan hingga tahun 2014.

Pada tahun 2014, volume peti kemas diprediksi mencapai 6,1 juta TEUs padahal kapasitas terpasang Tanjung Priok sebesar 6,2 juta TEUs.

Delegasi Pelindo II berada di China untuk memastikan proses pengapalan crane yang sudah dibeli dari pabrik pembuatan alat bongkar muat peti kemas dari China di daerah Qingdao, Nanjing, dan Wuxi, sejak Senin (18/7) sampai Selasa (19/7). Perusahaan alat bongkar muat peti kemas itu adalah Qingdao Haixi Heavyi-duty Machineray di Qingdao, Nanjing Port Machinery Plant di Nanjing, dan

Wuxi Huadong Heavy Machinery Co Ltd di Wuxi. Ketiganya memasok 16 dari 45 alat bongkar muat pesanan PT Pelindo (Persero) II untuk di seluruh pelabuhan di wilayah kerjanya, di antaranya Pelabuhan Dwikora Pontianak, Boom Baru Palembang, dan Panjang Bandar Lampung.

Jeremy mengatakan, potensi pasar itu ada karena negara-negara Asia Tenggara dan Asia, termasuk PT Pelindo II (Indonesia) sedang memodernisasi pelabuhannya dalam meningkatkan kapasitasnya menjadi pelabuhan berskala internasional.

Direktur Utama Qingdao Haixi Heavyi-duty Machinery, Li Shi Guo mengatakan, pembenahan pelabuhan sesuai standar internasional akan menjadikan Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara dan Asia memiliki kekuatan pelabuhan sehingga mendorong percepatan pembangunan ekonomi kawasan. (B011/Z002/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011