Chicago (ANTARA) - Emas kembali menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena melemahnya dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS setelah laporan pekerjaan yang suram, mendukung permintaan terhadap logam safe-haven di tengah ketegangan yang memanas antara Rusia dan Barat atas Ukraina.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, terdongkrak 8,80 dolar AS atau 0,5 persen, menjadi menetap di 1.810,30 dolar AS per ounce. Ini merupakan penyelesaian kontrak teraktif tertinggi sejak 26 Januari, menurut data FactSet.
Sehari sebelumnya, Selasa (1/2/2022), emas berjangka terangkat 5,10 dolar AS atau 0,3 persen menjadi 1.801,50 dolar AS, setelah meningkat 9,80 dolar AS atau 0,6 persen menjadi 1.796,40 dolar AS pada Senin (31/1/2022), dan jatuh 8,4 dolar AS atau 0,47 persen menjadi 1.786,60 dolar AS pada Jumat (28/1/2022).
Emas masih melayang di atas 1.800 dolar AS dan banyak hal yang berkaitan dengan imbal hasil obligasi pemerintah telah "terkuras" dan karena dolar masih mendekati posisi terendah hari ini setelah data penggajian (payrolls) swasta, kata Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA.
Sebuah laporan ketenagakerjaan dari ADP menunjukkan data penggajian swasta AS secara tak terduga turun pada Januari, menekan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah.
Jika emas dapat terus stabil di atas 1.800 dolar AS, beberapa investor mungkin akan mulai kembali, tambah Moya.
Baca juga: Harga emas naik 5,10 dolar, kembali bertengger di atas 1.800 dolar
Memperkuat daya tarik emas, Presiden AS Joe Biden menyetujui pengiriman pasukan tambahan ke Eropa timur atas ancaman Rusia untuk menyerang Ukraina.
Meskipun emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan risiko geopolitik yang lebih tinggi, kenaikan suku bunga tetap menjadi hambatan potensial karena hal itu berarti peluang kerugian yang lebih tinggi memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
Investor menunggu pertemuan Bank Sentral Eropa dan bank sentral Inggris (BOE) pada Kamis waktu setempat untuk isyarat tentang laju pengetatan kebijakan moneter dalam menghadapi inflasi yang melonjak.
"Penutupan jangka pendek yang berkelanjutan dan pembelian dengan harga murah" membantu harga emas, Jim Wyckoff, seorang analis senior di Kitco Metals, mengatakan dalam sebuah catatan.
"Indeks dolar AS yang merosot dan harga minyak mentah mencapai tertinggi tujuh tahun minggu ini adalah bullish di luar kekuatan pasar untuk pasar logam," tambah Wyckoff.
Baca juga: Emas menguat, tapi catat kerugian bulanan terburuk sejak September
"Sementara emas kemungkinan akan mengeksploitasi kelemahan dolar untuk mendorong lebih tinggi, prospek jangka pendeknya tetap dipengaruhi oleh laporan pekerjaan AS pada Jumat (4/2/2022)," kata Lukman Otunuga, manajer, analisis pasar di FXTM.
"Laporan pekerjaan yang kuat yang menunjukkan pertumbuhan pekerjaan dan upah yang kuat dapat memperkuat ekspektasi hawkish (Federal Reserve), menyeret harga emas lebih rendah karena dolar mendapatkan kembali kekuatannya," katanya.
Namun, "jika laporan pekerjaan mengecewakan, ini bisa memberikan sedikit kelegaan bagi emas, mengakibatkan kenaikan kembali ke 1.831 dolar AS."
Baca juga: Emas jatuh 8,4 dolar, catat kinerja mingguan terburuk sejak November
Baca juga: Harga emas anjlok 36,6 dolar, terpukul penguatan "greenback"
Baca juga: Emas anjlok 22,8 dolar dan percepat penurunan setelah komentar Powell
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2022