Kalau kita bisa menaklukkan tantangan ini, berarti kita dapat banyak sekali peluang
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menyebut bahwa presidensi Indonesia dalam kelompok 20 ekonomi terbesar dunia (Group of 20/G20) pada tahun 2022, di mana pandemi COVID-19 masih membayangi dunia, menjadi tantangan yang sekaligus membawa peluang.
Pernyataan itu dikatakan oleh Hikmahanto dalam wawancara yang digelar melalui program podcast Antara.
“Kalau kita bisa menaklukkan tantangan ini, berarti kita dapat banyak sekali peluang,” ujar Hikmahanto.
Dia pun menyoroti sejumlah hal yang menjadi tantangan dalam presidensi Indonesia di G20 pada tahun ini, salah satunya yakni terkait kesehatan dunia.
Baca juga: Pakar paparkan masalah jika negara terapkan kewarganegaraan ganda
“Bapak Presiden mengatakan tiga hal yang penting, yang pertama yakni kesehatan dunia, dalam konteks pandemi yang sekarang terjadi ini, kalau saja ada satu negara yang tidak dapat vaksin, itu bisa mengakibatkan dunia kembali lagi pada masa pandemi itu,” ujarnya.
Hikmahanto juga menggarisbawahi sikap Indonesia yang mendorong kesetaraan akses terhadap vaksin dan memastikan bahwa tak ada negara yang tertinggal di belakang terkait vaksinasi terhadap COVID-19.
“Bagi negara-negara yang tidak mampu mungkin bisa digratiskan, jangan kemudian negara-negara yang mungkin bisa produksi vaksin itu mengkomersialkan, mereka bisa untung besar tapi ingat, dunia tidak akan selamat,” tegasnya.
Baca juga: Hikmahanto: Peran generasi muda penting majukan hukum internasional
Kemudian terkait digitalisasi, dia mengatakan bahwa upaya mendorong digitalisasi menjadi hal yang penting, terutama untuk mendorong ekonomi. Tantangan untuk menggenjot digitalisasi dapat membuka peluang, terutama bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan medium (UMKM).
“UMKM ini menjadi salah satu penguat ekonomi Indonesia, nah jadi Indonesia ingin bahwa di negara-negara lain juga bisa dilakukan hal yang sama, kuatkan UMKMnya dengan adanya digital, jadi transformasi digitalisasi,” paparnya.
Adapun terkait masalah lingkungan hidup, dia menyoroti perlunya dorongan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil serta berbagai inovasi yang dapat diterapkan untuk memastikan keberlanjutan lingkungan dalam berbagai kegiatan yang dilakukan.
“Ini yang dilajukan oleh Indonesia sekarang ini, jadi dengan kita menghadirkan peluang-peluang dengan adanya tantangan pandemi mungkin banyak negara juga akan lihat ‘Indonesia bisa, seharusnya kita juga bisa melakukan hal yang sama’,” katanya.
Baca juga: Organisasi media usul pendirian Dewan Pers Malaysia
Baca juga: Menteri Komunikasi Malaysia minta media tidak langgar etika
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2022