Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Universitas Brawijaya Malang berencana mengurangi kuota mahasiswa yang mengikuti kuliah tatap muka, dari sebelumnya sebanyak 50 persen jumlah mahasiswa menjadi 25 persen, akibat adanya lonjakan kasus konfirmasi COVID-19.

Rektor Universitas Brawijaya Prof Dr Nuhfil Hanani, di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu mengatakan bahwa pelaksanaan perkuliahan tatap muka sesungguhnya akan dilakukan dengan kapasitas 50 persen untuk mahasiswa semester dua dan semester empat.

"Setelah ini rapat, tapi sementara mungkin 25 persen yang luring. Dikurangi dari 50 persen menjadi 25 persen. Ini tidak untuk semua angkatan, hanya semester dua dan empat," kata Nuhfil.

Perkuliahan tatap muka di Universitas Brawijaya direncanakan dimulai pada 7 Februari 2022. Dalam rencana awal, kuliah tatap muka tersebut akan dilakukan dengan kuota maksimal 50 persen dari total mahasiswa semester dua dan empat.

Nuhfil menjelaskan, pertimbangan untuk mengurangi jumlah kuota mahasiswa yang akan mengikuti perkuliahan secara tatap muka tersebut dilatarbelakangi adanya lonjakan kasus konfirmasi positif COVID-19, terutama di wilayah Kota Malang.

Menurutnya, lonjakan kasus konfirmasi positif COVID-19 di Kota Malang dinilai cukup mengkhawatirkan. Sehingga, pihak universitas tidak ingin mengambil risiko untuk menjalankan perkuliahan tatap muka dengan kapasitas 50 persen.

"Itu semua melihat kondisi seperti saat ini memang mengkhawatirkan. Sehingga, kemungkinan besar (kuota) akan dikurangi menjadi 25 persen, untuk sementara ini," lanjutnya.

Ia menambahkan, jika nantinya proses perkuliahan tatap muka berjalan dengan aman dan tidak ditemukan adanya penyebaran virus corona, maka secara perlahan kuota mahasiswa yang mengikuti perkuliahan secara tatap muka akan ditambah.

Namun, lanjutnya, jika terjadi penyebaran virus corona di lingkungan kampus, maka pihak universitas juga bisa mengambil langkah untuk melakukan pembelajaran secara daring. Saat ini, seluruh fakultas telah siap melakukan pembelajaran secara tatap muka.

"Nanti setelah berjalan dua hingga tiga minggu, bisa kami naikkan. Namun, akan kami evaluasi secara berkala, (jika ada temuan) akan kembali daring, betul seperti itu. Kami menyesuaikan dengan kondisi pandemi," ujarnya.

Pihak universitas, selain telah menyiapkan sejumlah peralatan untuk menunjang penerapan protokol kesehatan, juga telah menyiapkan tempat isolasi jika nantinya ada kasus konfirmasi COVID-19.

"Tempat karantina ada, dulu sudah disiapkan, namun tidak jadi dipakai, alat-alat masih ada di sana semua. Akan kami pakai, kapasitasnya sekitar 160 orang, tapi tidak semua, separuhnya," ujarnya.

Menurutnya, para mahasiswa yang mengikuti perkuliahan tatap muka saat ini harus memenuhi sejumlah kriteria, di antaranya adalah mendapatkan izin dari orang tua dan telah menerima dua kali suntikan vaksin COVID-19.

"Vaksin dua kali, kemudian ada deteksi, kalau ada gejala kami beri tindakan. Swab dari kami, kalau positif kami punya tempat isolasi," katanya.

Sementara itu, di Kota Malang, kasus COVID-19 terus meningkat dalam sepekan terakhir. Data kasus aktif hingga 1 Februari 2022 menyentuh angka 337 kasus, naik signifikan dibanding angka pada pertengahan Januari lalu yang sempat menyisakan empat kasus aktif.

Tercatat, hingga 1 Februari 2022, berdasar data Pemerintah Provinsi Jawa Timur, di wilayah Kota Malang ada 16.147 kasus konfirmasi positif COVID-19. Dari total itu, 14.676 orang dilaporkan telah sembuh, 1.134 orang dinyatakan meninggal dunia.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022