Kabut tebal yang menyelimuti Kota Palu, dan sebagian besar kabupaten di Sulteng bukan merupakan abu vulkanik yang berasal dari letusan Gubung Lokon, tetapi awan cirus.

Palu (ANTARA News) - Kabut tebal sejak pagi hari hingga dengan pukul 12.00WITA masih menyelimuti langit Palu, Ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah.

"Tapi kabut tebal yang menyelimuti langit Kota Palu bukan karena kiriman abu vulkanik dari Gunung Lokon (Sulut), tetapi merupakan awan cirus," kata Kepala Seksi Observasi, dan Informasi Badan Meteorligi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorlogi bandara Mutiara Palu Aschadi SR, Selasa.

Ia mengatakan, kalau dilihat dari citra satelif BMKG awan tebal jenis cirus tersebut hampir merata di wilayah Sulteng.

Kecuali di dua wilayah yaitu Banggai, dan Kabupaten Banggai Kepulauan hari ini dan beberapa hari ke depan berpotensi besar diguyur hujan ringan sampai lebat.

Sementara wilayah lainnya, Palu, Poso, Parigi Moutong, Morowali, Tojo Una-Una, Tolitoli, Buol, Donggala, Sigi, dan Kota Palu hanya diselimuti awan tebal. "Ini berdasarkan foto satelit," katanya.

Aschadi kembali menegaskan bahwa kabut tebal yang menyelimuti Kota Palu, dan sebagian besar kabupaten di Sulteng bukan merupakan abu vulkanik yang berasal dari letusan Gubung Lokon, tetapi awan cirus.

Sementara tinggi gelombang laut di perairan Sulteng berkisar antara 0,5 sampai 1,5 meter.

Sementara sejumlah pedagang ikan di Palu mengatakan, pasokan ikan laut dari nelayan ke pasar-pasar setempat dalam dua pekan terakhir ini sangat kurang. Karena pasokan kurang, harga ikan rata-rata mengalami kenaikan cukup signifikan.

Udin, seorang pedagang ikan di pasar Manonda Palu mengatakan harga ikan laut jenis cakalang yang biasanya Rp5.000/ekor, kini naik menjadi Rp10.000, dan ikan batu mencapai Rp30 ribu/kg.

Ia mengatakan, hasil tangkapan para nelayan kurang, erat kaitanya dengan kondisi cuaca tidak mendukung.

(BK03)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011