Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu meminta seluruh fasilitas kesehatan dapat meningkatkan pemberian layanan deteksi dini bagi pasien penderita kanker.
“Menurut saya, kita harus melakukan pencegahan itu di awal. Kita melakukan deteksi dini, kemudian melakukan pencegahan dengan menghilangkan faktor risiko,” kata Maxi, dalam media briefing Hari Kanker Sedunia 2022 bertajuk "Close the Care Gap" yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Dalam memperingati Hari Kanker Sedunia yang jatuh pada setiap 4 Februari, Maxi menyebutkan bahwa kanker merupakan salah satu penyakit yang menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia, yakni berkisar 100 juta kasus kematian.
Menurut dia, hampir sebesar 70 persen kanker terjadi pada penduduk di negara berkembang, seperti Indonesia. Berdasarkan data Globocan Tahun 2020, jumlah penderita kanker di Indonesia sudah mencapai 65.858 pasien dan pada penderita kanker leher rahim (serviks) ada 36.633 pasien.
Dia mengemukakan total biaya yang dihabiskan oleh negara dalam penanganan kanker saja, sudah mencapai Rp4,1 triliun pada Tahun 2019 dan Rp3,5 triliun pada Tahun 2020, karena banyak pasien datang ke fasilitas kesehatan dalam keadaan sudah memasuki stadium lanjut.
Padahal dari 70 persen tersebut, kata dia, sepertiga sampai setengah jumlah pasien yang meninggal akibat kanker dapat terselamatkan dengan melakukan pencegahan melalui deteksi dini untuk menghindari terjadinya berbagai faktor risiko yang menyebabkan kanker.
“Tentu kita tidak melihat hanya pada masalah biaya itu, tapi masalah juga pada produktivitas kerja, karena kalau penderita kanker ada sebanyak itu akan mengganggu produktivitas kerja,” ucap Maxi.
Sayangnya, menurut dia, masih banyak fasilitas kesehatan yang belum menyediakan pelayanan deteksi dini secara maksimal. Sebagai contoh, apabila pasien yang berasal dari provinsi bagian Indonesia Timur ingin melakukan radioterapi, maka pasien harus datang ke Surabaya terlebih dahulu.
Bahkan, katanya, pasien harus mengantre lagi selama satu sampai dua tahun untuk benar-benar bisa mengakses layanan tersebut.
“Antreannya sendiri saja bisa satu sampai dua tahun. Pasien meninggal baru dapat pelayanan, tentu ini tidak boleh terjadi lagi dan harus merata penanganannya, baik kemoterapi, radioterapi ataupun yang sekarang ini dilakukan melalui imunologi bagi penanganan kanker di masa depan,” ujar dia.
Oleh sebab itu, dengan diperingatinya Hari Kanker Sedunia pada 4 Februari 2022 bertemakan "Close the Care Gap", Maxi sangat berharap semua penderita kanker bisa mendapatkan pelayanan yang lebih baik, terlebih pada layanan melakukan deteksi dini.
“Saya harap momentum peringatan Hari Kanker Sedunia ini, tentu dapat meningkatkan komitmen kita bersama,” katanya.Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022