Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Sampurno mengatakan, tidak ada bahan kimia berdaya ledak (eksplosif) yang tersimpan di Laboratorium Mikrobiologi Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN), tempat terjadinya ledakan yang menyebabkan sejumlah orang terluka pada Kamis pagi. "Di lab mikrobiologi yang berada di lantai tiga tidak tersimpan bahan kimia yang bersifat eksplosif," katanya kepada wartawan di Jakarta, Kamis. Ia menjelaskan bahan kimia yang tersimpan di ruang potensi laboratorium mikrobiologi, yang diperkirakan sebagai asal ledakan, terdiri atas media agar, alkohol teknis, aceton, aquadest, baku pembanding antibiotik, isopropyl mirisat, dan HCl 0,1 N.Di ruang vaksin campak dan polio, serta vaksin BCG yang berada tepat di samping ruang potensi mikrobiologi, kata dia, hanya tersimpan bahan kimia padat non-eksplosif, tangki cairan nitrogen, NaCl, Na2CO3, AgCl2, H2PO4, K2Hpo4, dan dua tabung karbon dioksida (CO2). "Tangki nitrogen masih ada dalam keadaan utuh," jelasnya. Nitrogen merupakan bahan kimia yang mudah terbakar. Ia menambahkan pula bahwa di ruang Cemaran Mikrobiologi yang berada di samping ruang vaksin terdapat media agar, alkohol teknis, aceton, aquadest, kloroform, pereaksi alpha naptol, asam sulfanilat dan alpha naftilamin, serta media serbuk. "Secara ilmiah bila sendiri-sendiri bahan-bahan itu tidak dapat menyebabkan terjadinya ledakan," jelasnya. Peralatan laboratorium yang terdapat di ruangan itu, kata Sampurno, terdiri atas laminar air flow, water bath, inkubator, kulkas, alat leofiliasi, oven, centrifuge, antibiotic zone reader, vortex mixer dan spektrofotometer. "Di ruangan lab itu juga terdapat pipa City Gas dari PN Gas," katanya.Ia menambahkan bahwa sebelumnya tidak ada laporan tentang adanya kebocoran di ruangan laboratorium. Laboratorium BPOM itu, menurut dia, juga baru saja ditilik oleh pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan dinyatakan sebagai salah satu laboratorium terbaik yang ada di Indonesia. Ia menjelaskan pula bahwa hingga saat ini pihak BPOM belum mengetahui penyebab terjadinya ledakan di ruang laboratorium lantai tiga itu. "Kami belum bisa menyimpulkan apa-apa, masih menunggu hasil penyelidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian," ujarnya. Sampurno menjelaskan bahwa sebagian besar karyawan BPOM belum masuk pada saat ledakan itu terjadi, karena jam masuk karyawan BPOM adalah pukul 08.00 WIB. "Saat itu yang ada di tempat kejadian hanya petugas kebersihan yang bernama Jumadi, dialah yang paling tahu tentang ihwal kejadiannya. Namun, saat ini yang bersangkutan masih dirawat di instalasi gawat darurat, sehingga belum bisa memberikan keterangan," jelasnya.Ia menimpali, "Korban yang terluka ada 24 orang, kebanyakan mahasiswa Poltekes jurusan farmasi. Saat ini 19 orang diantaranya sudah pulang ke rumah dan lima orang lainnya masih dirawat di rumah sakit." Menurut dia, BPOM akan menanggung seluruh biaya pengobatan pasien yang terluka akibat ledakan tersebut. "Kami akan menanggung semua biaya pengobatannya," kata Sampurno. Selain menyebabkan korban luka, ledakan itu juga menimbulkan kerusakan ruangan lab dan peralatannya dan bagian atas gedung sekolah Politeknik Kesehatan Jakarta II yang berada di dekat ruangan laboratorium itu. "Kondisinya rusak parah, sehingga untuk sementara tidak bisa digunakan," demikian Sampurno. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006