New Delhi (ANTARA News) - Para pejabat India dan Pakistan bertemu Senin untuk mempersiapkan landasan bagi pembicaraan tingkat menteri luar negeri akhir bulan ini dalam kontak pertama antara kedua negara tetangga itu sejak ledakan bom di Mumbai pekan lalu.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 19 orang itu, namun hubungan antara kedua negara yang bersaing itu terganggu oleh serangan-serangan militan di India yang menurut New Delhi dilakukan oleh kelompok yang bermarkas di Pakistan, lapor AFP.
Pertemuan Senin di New Delhi itu dipusatkan pada masalah perjalanan dan perdagangan di sepanjang Garis Pengawasan (LoC) yang memisahkan Kashmir antara wilayah-wilayah yang dikuasai India dan Pakistan, kata beberapa pejabat India.
Menteri Muda Luar Negeri Pakistan Hina Rabbani Khar akan berada di ibu kota India itu pada 26 Juli untuk mengadakan pembicaraan dengan Menlu India S.M. Krishna.
Pertemuan Senin itu merekomendasikan "langkah-langkah untuk memperkuat dan mempersingkat" pengaturan di sepanjang perbatasan de fakto itu, kata kementerian luar negeri India dalam sebuah pernyataan.
Pertemuan itu merupakan kontak pertama sejak serangan bom di Mumbai pada Rabu (13/7).
Belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, yang menewaskan 19 orang dan mencederai lebih dari 130.
Namun, kecurigaan awal ditujukan pada dua kelompok muslim yang menyerang India di masa silam: Mujahidin India yang berada di dalam negeri dan Lashkar-e-Taiba (LeT) yang bermarkas di Pakistan.
Polisi telah menginterogasi sejumlah anggota Mujahidin India, kelompok yang memiliki hubungan dengan LeT yang dituduh bertanggung jawab atas serangan-serangan Mumbai tiga tahun lalu.
LeT adalah kelompok gerilya yang memerangi kekuasaan India di Kashmir.
Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.
Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.
New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan.
Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.
Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.
New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.
India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.
Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.
India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011