Waktunya akan sangat ditentukan oleh kondisi pasar dan tentu dari sisi kebutuhan pembiayaan kami sendiri, serta kondisi kas negaraJakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan penerbitan surat berharga negara (SBN) valas di level global pada 2022 akan mempertimbangkan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, terutama terkait dengan rencana kenaikan suku bunga acuan.
"Ini yang akan mempengaruhi waktu dan jumlah penerbitan SBN kita dan ini masuk di dalam keseluruhan kerja serta kinerja yang akan kami lihat untuk pengelolaan utang tahun ini," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Rabu.
Dengan demikian, penerbitan SBN valas tahun ini akan dilakukan secara kombinasi baik dengan denominasi dolar AS, euro, maupun yen Jepang.
Ia pun menegaskan akan terus melakukan kalibrasi mengenai optimalisasi dari komposisi mata uang asing dibanding domestik, sembari melihat perkembangan kondisi pasar untuk menentukan waktu maupun besaran yang tepat dalam penerbitan SBN.
Meski begitu, rencana penerbitan SBN dengan denominasi valas akan tetap dilihat pada keseluruhan 2022, baik di triwulan I, II, III, maupun IV.
"Waktunya akan sangat ditentukan oleh kondisi pasar dan tentu dari sisi kebutuhan pembiayaan kami sendiri, serta kondisi kas negara," tambahnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menjelaskan penerbitan SBN valas juga akan mempertimbangkan peluang yang paling tepat agar bisa menjamin stabilitas pembiayaan APBN, dengan risiko yang tetap dapat dikelola secara baik.
Kementerian Keuangan hingga saat ini terus melakukan adopsi strategi pembiayaan utang yang sifatnya selalu oportunistis dan fleksibel, namun tetap berfokus pada azas atau prinsip kehati-hatian dan akuntabiitas.
Menurut dia, oportunistis dan fleksibilitas sangat dibutuhkan dalam penerbitan SBN, terutama pada saat melihat kondisi pasar yang sangat dinamis seperti cepatnya pemulihan ekonomi negara maju diiringi lonjakan inflasi, sehingga terdapat normalisasi kebijakan yang akan menimbulkan dampak secara global, termasuk yang saat ini sedang dilakukan Fed.
"Oleh karena itu kami memasukkan faktor tersebut dan faktor dalam negeri. Kami akan mewaspadai, meneliti, dan merespons dinamika global yang akan terus terjadi," kata Sri Mulyani.
Baca juga: BI: RI perlu lebih fleksibel hadapi potensi kenaikan bunga obligasi AS
Baca juga: Kemenkeu: Peran investor domestik terhadap SBN bisa terus diperbesar
Baca juga: Pemerintah mulai tawarkan ORI-021 untuk biayai APBN 2022
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022