Moskow (ANTARA News) - Militan dari wilayah bergolak Kaukasus Utara berencana melancarkan aksi teror "besar" di luar Moskow, kata kepala badan keamanan negara Rusia kepada Presiden Dmitry Medvedev, Senin.
"Salah satu aksi teror besar digagalkan di kawasan Moskow beberapa hari lalu," kata kepala FSB Alexander Bortnikov kepada pemimpin Kremlin tersebut, lapor AFP.
Ia mengatakan dalam pernyataan yang disiarkan televisi, badan keamanan telah menangkap empat orang dari Kaukasus Utara dan para militan itu berencana menyerang tempat-tempat umum dan "prasarana angkutan" di kawasan Moskow.
FSB juga menyita sejumlah bom yang setara 10 kilogram TNT, senjata dan peta, kata Bortnikov kepada Medvedev.
Dalam enam bulan terakhir, Rusia dilanda 169 kejahatan yang terkait dengan teror, termasuk 110 di kawasan Kaspia, Dagestan, yang mengalami sebagian besar kekerasan mematikan, kata Bortnikov.
Badan keamanan FSB kehilangan 95 aparat selama kurun waktu itu, sementara 200 orang terluka, tambahnya.
Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus Utara, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya.
Serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh seorang pelaku dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terpadat Rusia Domodedovo pada Januari.
Serangan itu membuat Presiden Rusia Dmitry Medvedev memecat sejumlah pejabat kepolisian tingkat menengah dan mengarah pada pendongkelan para manajer senior Domodedovo.
Pemboman bunuh diri itu diklaim oleh Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus yang melancarkan serangan-serangan di Chechnya dan wilayah lain yang berpenduduk muslim di Kaukasus Utara.
Amerika Serikat memasukkan Emirat Kaukasus ke dalam daftar kelompok teroris karena serangan-serangannya dalam upaya mengusir pemerintah Rusia dari kawasan Kaukasus Utara.
Emirat Kaukasus, yang juga dikenal sebagai Imarat Kavkaz atau IK, dituduh melakukan banyak serangan yang mencakup serangan terhadap kereta-api Rusia berkecepatan tinggi pada November 2009 dan pemboman bunuh diri di luar Kementerian Dalam Negeri Chechnya pada Mei 2009, kata kementerian AS.
AS juga menawarkan hadiah lima juta dolar bagi informasi yang mengarah pada lokasi pemimpin kelompok tersebut, Doku Umarov.
Dalam rekaman video yang dipasang pada Februari, Umarov mengatakan, Rusia akan menghadapi "tahun darah dan air mata" jika mereka menolak meninggalkan wilayah-wilayah Kaukasus Utara, dan dalam wawancara terpisah pada Mei ia mengatakan bahwa pembunuhan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden tidak akan menghentikan perjuangan muslim garis keras.
Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.
Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.
Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.
Serangan-serangan itu telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011