Surabaya (ANTARA News) - Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Paskah Suzetta mengakui bahwa ada `kanker` dalam perekonomian Indonesia saat ini, karena tidak adanya stimulus perekonomian dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). "Angka-angka dalam APBN kita memang tidak memberi stimulus bagi perekonomian, hutang besar sehingga anggaran yang ada banyak tersedot untuk membayar bunga pinjaman," katanya dalam Diskusi Panel bertema "Economic Outlook 2006: Kebijakan Strategi (Perbankan, Sektor Riil dan Pasar Modal) di Surabaya, Kamis. Menurut dia, sekitar 11,5 persen APBN untuk membayar bunga hutang, sedangkan anggaran untuk belanja modal yang mestinya bisa menjadi stimulus justru relatif kecil, yakni hanya sekitar 9,7 persen. Karena itu, guna mendukung pertumbuhan perekonomian nasional pemerintah sangat mengharapkan peran swasta yang lebih besar, sehingga pada saatnya nanti perekonomian semakin bergairah dan dapat menurunkan besarnya hutang negara. Caranya, berusaha menarik investasi, meskipun untuk melakukan hal itu tantangannya cukup besar. Tantangan itu seperti regulasi perpajakan, bea cukai, aturan ketenagakerjaan, pelaksanaan otonomi daerah yang masih banyak dikeluhkan investor dan calon ivestor. "Karena itu, kami punya gagasan perlunya deregulasi, kewenangan-kewenangan yang bisa dilimpahkan ke daerah, diserahkan saja ke daerah, sehingga pengurusannya lebih cepat," ujarnya seraya menambahkan bahwa untuk merangsang investor juga perlu diupayakan kesiapan infrastruktur dan kepastian hukum. Paskah menyatakan bahwa dirinya selama ini telah melakukan lobi-lobi ke sejumlah negara, seperti Jepang untuk melakukan tukar hutang dengan program. Contohnya, hutan bisa diperbaiki sehingga akan memberikan manfaat dan sumber-sumber pertambangan yang rusak dapat diperbaiki sehingga memberikan kegunaan. "Jadi, masih banyak yang perlu kita lakukan untuk dapat menarik investasi, banyak yang perlu untuk diperbaiki guna meningkatkan investasi," kata Paskah menambahkan. Optimistis Paskah Suzetta dalam acara yang diselenggarakan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Surabaya itu menyatakan berdasarkan asumsi-asumsi dan kondisi yang ada, ia merasa optimistis perekonomian Indonesia pada 2006 akan tumbuh, meskipun untuk mencapai target 6,2 persen dibutuhkan kerja keras. Pemerintah, katanya, kini juga sedang menyusun aturan tentang pembatasan hutang luar negeri. Ia berharap hutang luar negeri Indonesia bisa ditekan hingga mencapai 30 persen, sedangkan hutang dalam dan luar negeri Indonesia yang sudah diketahui saat ini berkisar 130 -135 miliar dolar AS. Dengan demikian, APBN kelak tidak terlalu banyak dibebani dengan pembayaran bunga dan utang luar negeri. Ia mengakui bahwa lingkungan eksternal perekonomian saat ini sangat berat dengan adanya kesenjangan global. Tapi, ekspektasi positif yang diikuti juga dengan adanya stabilitas, telah direspon secara positif pula dengan nilai tukar rupiah yang menguat, sehingga diharapkan perekonomian akan terus tumbuh. Selain Paskah Suzetta, diskusi juga menampilkan sejumlah narasumber lain, seperti Deputi Gubernur Bank Indonesia, Maman Sumantri dan Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara, Prof Dr Mardiamso Ak. (*)

Copyright © ANTARA 2006